100th Day

Chandra menarik pinggang Diyo hingga terduduk di pangkuannya, “lepas dulu Ndra, aku mau buang sampah bekas kita makan tadi.”

Bukan Chandra namanya kalau mau mendengarkan apa yang kekasihnya minta, lelaki itu justru semakin mengeratkan kalungan tangannya di perut Diyo.

“Nanti aja beresinnya kalo kita mau pulang, sekarang gini aja dulu.”

Diyo mengalah, ia meletakkan kembali sampah yang sudah berada ditangannya ke atas meja.

Chandra mengistirahatkan dagunya di bahu Diyo, “yang, kamu kok tetep wangi ya padahal udah aktivitas seharian.”

“Mana ku tau. Andra?”

“Hm?”

“Abis kita pacaran kok kamu makin ganteng ya Ndra?”

Chandra sedikit bingung dengan pertanyaan tiba-tiba yang dilayangkan oleh pacarnya, “Aku udah ganteng dari orok kali, yang.” Jawabnya dengan penuh percaya diri .

“Kayaknya kegantengan gue kesedot sama lo semua deh Ndra, lu sih kalo nyipok sedotannya kayak vacum cleaner.”

Chandra tertawa mendengar celotehan tidak jelas Diyo, “kamu lagi insecure atau gimana sih yang?”

Diyo memanyunkan bibirnya hingga maju beberapa senti, “sementara gue makin jelek, liat aja nih pipi gue makin bulet.”

“Lucu.” Ucap Chandra setelah menggigit gemas pipi kenyal sang kekasih.

“Sakit goblok.”

“Mulutnya minta dicipok ya?”

“Itu sih mulut lo.” Chandra terkekeh, karena memang benar adanya.

Diyo memperhatikan perutnya, sekarang daging di perutnya sudah bisa ia pegang dan sangat tebal, padahal dulu perut itu sangat rata tidak banyak daging seperti sekarang. “Perut gue juga makin buncit gara-gara lu kasih makan mulu.”

“Coba sini pegang.” Chandra meraba perut kenyal Diyo dari luar kaos, “wahhhhh ini sih ada bayinya.”

Diyo memukul lengan Chandra yang masih mengusap-usap perutnya, “Ngaco lu.”

“Hahahahaha.”

“Ntar kita jemput Aga ya, dia bilang ga bawa mobil.”

“Mau sekalian makan malam nggak?”

“Kita kan baru selesai makan, lu mau bikin gue obesitas?”

“Nggak yang, ya udah kalo gitu boleh minta dessert?”

Bola mata Diyo berputar ke atas begitu dia melihat Chandra yang terus melihat kearah bibirnya, dia juga tahu dessert yang dimaksud oleh Chandra adalah bibirnya.

“Ambil sendiri.”

Wajah Chandra langsung cerah seketika, tanpa menunggu lama Chandra segera meraup bibir Diyo ke dalam mulutnya, menghisap kedua belah bibir Diyo bergantian lalu menjilat dengan lidahnya. Diyo melingkarkan kedua tangannya pada leher Chandra, memperdalam ciuman mereka yang semakin intens.

Lidah keduanya saling bertaut. Suara kecipak basah pun turut meramaikan pertautan lidah mereka. Chandra memegang wajah Diyo dengan kedua tangannya dan menciumnya lebih dalam lagi. Lenguhan dan desahan Diyo mulai terdengar mengiri pergulatan lidah mereka.

Perlahan tangan kiri Chandra turun ke kaos yang digunakan Diyo, mengusap dadanya dari luar membuat Diyo bergerak tak nyaman hingga ciuman mereka terlepas. Dalam hal seperti ini Chandra tak mungkin kehabisan akal, ia mengarahkan ciumannya pada telinga kanan Diyo, membuat sang empu sedikit terlonjak saat ia mulai menjilati daun telinga Diyo perlahan.

“And—rah berhenti.” Diyo berusaha menghentikan Chandra, mendorong Chandra yang napsunya sudah di ubun-ubun untuk menjauh.

Bukannya berhenti Chandra justru semakin gencar menjilati daun telinga Diyo dengan tempo sedang, sengaja menggodanya. Desahan Diyo berubah menjadi rintihan nikmat. Ia meremas pelan rambut Chandra dengan mata terpejam.

“Chan— please berhenti. Ahh.... Ahh!” Diyo menatap Chandra dengan tatapan sayu, mulutnya mengatakan berhenti, tetapi tubuhnya justru bereaksi sebaliknya.

Chandra mencium pipi Diyo sekilas, “kenapa? Hm?”, Ia menyusupkan tangannya ke dalam kaos sang kekasih dan mulai mengelus dadanya. “Geli?” Godanya, “atau enak?”

“Dua-duanya.” Diyo mencium hidung Chandra singkat, “tapi kita harus berhenti ntar lu kebablasan. Nggak etis banget kita ngewe di studio musik rental dan juga bentar lagi kita mau jemput Aga.”

Chandra tersenyum bodoh, dia hampir lupa mereka sedang berada di mana sekarang. Jika bersama Diyo dia memang akan lupa segalanya karena di dunianya saat itu hanya ada Diyo, Diyo dan Diyo saja.

“Maaf sayang.” Chandra mencium kening indah kekasihnya, “terimakasih sudah menjadi pacarku selama seratus hari ini, aku harap kita bakal ngerayain yang ke dua ratus, tiga ratus dan selamanya.”

Diyo menyangkup wajah Chandra dengan kedua tangannya, hingga tatapan mereka saling beradu, “I love you and I love us.”