Begitu membuka mata yang ia rasakan hanya gelap, sepi dan dingin. Pikiran nya langsung memutar moment-moment kebersamaan nya dengan Chanyeol. Mulai dari mereka yang tidak sengaja bertemu di gerebong KRL sepulang kerja, lalu berlanjut ke pertemuan-pertemuan berikutnya yang sepertinya di sengaja.
Moment saat ia mengajak chanyeol untuk ngedate pertama kalinya dengan alasan mendaki gunung bersama, payah memang tapi berhasil karena setelah nya chanyeol jadi lebih sering mengajak nya keluar bersama entah makan, nonton atau hanya berburu makanan sepulang kerja. Tidak ada yang istimewa, semuanya sangat sederhana dan biasa tapi terasa sangat spesial untuk nya.
Chanyeol tidak pernah memintanya untuk menjadi seorang kekasih walaupun hubungan mereka semakin dekat setiap harinya, Kyungsoo juga tidak berani menaikkan level hubungan mereka dari sekedar teman, takut membuat Chanyeol tidak nyaman dan akan menjauh darinya.
Hingga malam natal tahun lalu chanyeol memberikan pertanyaan untuk nya. “Kyungsoo, kamu mau nggak ngikat janji suci di altar bareng aku?” Di tatap nya dalam-dalam mata bulat meruncing itu, tidak ada tatapan main-main seperti biasanya, tidak ada keraguan juga, yang ada hanya keseriusan dan kesungguhan didalamnya.
Mata Kyungsoo perlahan terpejam seiring dengan bibirnya yang ia tempelkan pada bibir Chanyeol membuat pria tampan itu tersenyum dan ikut memejamkan mata membalas ciuman Kyungsoo. Ciuman yang awalnya perlahan, manis, lembut dan terasa sangat mesra kini semakin dalam, begitu intim dan semakin menuntut. Chanyeol melepaskan pagutan nya, menatap Kyungsoo terlihat semakin cantik dengan bibir yang lebih bervolume dari sebelumnya yang sedikit terbuka dan basah.
“Jadi?”
“Kau ini bodoh atau bagaimana?”
“Jawab saja”
“Ya, aku mau”
Chanyeol mencium bibir Kyungsoo sekali lagi dan dibalas dengan Kyungsoo mengalungkan tangannya di leher Chanyeol, kembali mencium bibir kekasihnya lebih intens lagi. Lidah Chanyeol membelai bibir bibir berbentuk hati Kyungsoo, mencoba masuk kedalam rongga mulut kekasihnya. Suhu ruangan terasa semakin panas dengan sentuhan-sentuhan panas chanyeol pada kulit halus dan mulus Kyungsoo, badai salju yang sedang terjadi di luar sana sepertinya tidak sedikitpun masuk keruangan ini.
Seminggu sebelum hari ulang tahun Kyungsoo mereka melangsungkan pernikahan di sebuah gereja kecil yang hanya di hadiri oleh kerabat terdekat mereka saja. Dan ketika memori nya menampilkan chanyeol yang berlumuran darah dalam pelukannya terlihat begitu jelas dan nyata diperparah dengan suara rintikan hujan yang sedang turun dengan derasnya di luar sana langsung menyapa pendengaran nya, such a gloomy day.
Matanya mengedar mencari sosok yang biasanya menjadi objek pertama yang ia lihat begitu membuka mata, mencari sosok yang sebulan terakhir selalu memeluk nya semalaman dengan erat, yang memberikan kehangatan dan kenyamanan hingga matahari terbit. Namun diruangan ini ia hanya sendiri, tempat tidur disebelah nya begitu kosong dan sepi membuat cairan di matanya berlomba-lomba untuk keluar menyusuri pipi halus Kyungsoo.
“Udah bangun yang?”
Deg
Suara deep dan husky yang sangat Kyungsoo hafal di luar kepala, suara yang selalu mengawali pagi nya, suara yang entah sejak kapan menjadi favorite nya, suara yang menyapanya barusan adalah suara suaminya, Park Chanyeol.
Kyungsoo langsung mengarahkan pandangan nya pada sumber suara dan benar saja sesosok manusia tinggi besar yang hanya berbalut handuk dipinggang nya sedang melangkah kearah lemari pakaian sambil mengusak-mengusakkan handuk kecil ke rambutnya yang basah.
“Cepat mandi, nanti Baekhyun marah kalau kita telat” Bukan nya jawaban justru tubrukan kuat yang diterimanya, untung dia kuat jadi begitu Kyungsoo naik dalam gendongannya seperti ini tidak membuat nya jatuh, hanya terhuyung beberapa langkah kebelakang.
“Sayang kamu kenapa?” Kyungsoo diam dan semakin mengeratkan kalungan kakinya pada pinggang chanyeol, membenamkan wajahnya dalam ceruk leher jenjang suaminya, menghisap aroma sabun dan aroma khas tubuh Chanyeol yang berbaur menjadi satu, aroma kesukaannya.
“Mimpi buruk?” Kyungsoo hanya diam dan semakin mengeratkan pelukannya “Nggak lupa kan kalo hari ini kita mau pergi honeymoon ke Maldives?” “Aku nggak mau pergi” sebelah alis chanyeol naik keatas, tidak mengerti dengan jawaban yang diberikan Kyungsoo “Hey... Sayang,” Chanyeol duduk ditepian ranjang dengan Kyungsoo yang ada di pangkuannya, melihat wajah Kyungsoo yang terlihat tidak baik-baik saja “kamu kenapa hm?”
“Aku nggak mau pergi ke Maldives, aku mau dirumah aja, bukan nya kamu bilang kita cuma butuh satu atap dan empat dinding tertutup untuk honeymoon? Pokoknya hari ini aku mau kita dirumah aja, titik.” Chanyeol semakin bingung tapi ya dia tidak bisa memaksa lagi pula dari awal dia memang tidak ada keinginan untuk ke Maldives, hanya saja Kyungsoo sangat ingin kesana jadilah dia mau-mau saja.
“Baiklah kita nggak jadi ke Maldives tapi kamu mandi dulu dan aku bikin sarapan” Kyungsoo memanyunkan bibirnya, menggemaskan. Setelahnya dia kembali membawa kedua lengan kurusnya mendekap bahu lebar chanyeol dan kaki kurang panjang nya terkait erat di pinggang sang suami.
“Nggak mau, aku mau gini terus” Suara tawa chanyeol langsung memenuhi ruangan saat itu juga, tangannya mengacak-acak gemas rambut Kyungsoo yang semakin menempel padanya “Setidaknya biarkan aku memakai baju” “Nggak mau ntar kamu ilang” Apa chanyeol harus mengucapkan terimakasih pada mimpi buruk yang menghampiri Kyungsoo semalam? Karena berkat nya pagi ini ia bisa merasakan kebahagiaan yang amat sangat seperti ini. Pagi yang indah untuk mengawali hari.