FIRST TIME
Diyo sudah tiduran di atas kasur sambil memainkan ponselnya. Tak lama Chandra juga masuk ke kamar lalu menutup pintu dan mengunci kamar mereka.
“Yo, lagi ngapain?” Tanya sang ketua organisasi
Diyo menjawab tanpa mengalihkan pandangannya, “scroll hp doang.”
“Ciuman mau nggak?”
Mendengar pertanyaan Chandra membuat Diyo mengernyitkan keningnya.
“Mabok lu?”
“Nggak, typsi doang.” Chandra mendekatkan wajahnya sampai kedepan wajah Diyo. “gue cium boleh?”
Diyo bingung harus memberi Chandra jawaban apa karena disatu sisi dia yakin kalau dia tidak mungkin penyuka sesama jenis, tapi disisi yang lain dia ingin bibir Chandra menjamah bibirnya lagi seperti waktu itu. Ditambah bayang-bayang kejadian tadi siang yang membuatnya menginginkan hal lebih dari Chandra. Diyo mengangguk dan Chandra menganggap itu sebagai persetujuan.
Chandra menempelkan bibirnya pada belahan bibir Diyo. Setiap kali mendaratkan bibirnya di sana, Chandra selalu terbayang mochi strawberry yang sering dimakannya dulu, manis dan kenyal.
Diyo membuka matanya lebar. Tak percaya dengan apa yang sedang Chandra lakukan padanya, dimana saat ini Chandra sedang mengecup bibirnya bahkan sedang berusaha menggerakkan bibirnya untuk meraup bibir Diyo lebih jauh lagi Chandra menahan wajah Diyo dengan kedua tangannya, sedangkan Diyo mulai menutup mata, melingkari leher Chandra dengan lengannya. Menikmati ciuman yang diberikan Chandra untuknya.
Hisap. Jilat. Kecup.
Chandra sangat pelan dan berhati-hati dalam menciumnya hingga Diyo bisa merasakan cinta lelaki itu lewat lumatan, hisapan dan kecupan pada permukaan bibirnya yang masih tertutup rapat. Diyo suka perlakuan Chandra saat ini yang mana sangat lembut dan penuh cinta hingga membuatnya merasa sangat dicintai.
Tangan Chandra mulai menelusup masuk kedalam kaos oversize yang digunakan Diyo. Mengambil peran dengan mengusap permukaan tangan pada kulit telanjang Diyo.
Tubuh Diyo memberikan respon yang cukup menjanjikan terhadap rangsangan yang diberikan oleh Chandra. Lelaki itu mulai mengarahkan lidah bagian dalam miliknya yang bertekstur lembut ke bibir Diyo. Menggesekkan bagian bawah lidah ke kiri dan ke kanan, melumurkan saliva dibibir Diyo hingga membuat lelaki mungil yang berada di pangkuannya merasa geli. Namun Diyo masih enggan untuk membuka bibirnya, ia ingin melihat sehebat apa permainan lidah Chandra. Ia tidak akan membiarkan Chandra dengan mudah masuk ke dalam rongga mulutnya seperti kali pertama mereka berciuman.
Bagi Chandra, ia ingin Diyo menikmati permainan darinya. Seiring menggesekkan bibir ke kiri dan ke kanan, telapak tangan Chandra membelai dada atas Diyo dengan lembut. Sengaja mengusap puting dada Diyo saat tangannya perlahan-lahan turun menuju bagian perut dan mengusapnya erotis.
Bibir Chandra beralih menghisap bibir Diyo, memasukkan permukaan bibir lelaki mungil itu masuk sepenuhnya ke dalam bibir Chandra, lalu menghisapnya dengan sangat keras. Sambil menghisap, Chandra juga memainkan bibir Diyo menggunakan ujung lidahnya ke atas dan ke bawah. Menggoda bibir Diyo sekaligus memberi kenikmatan lebih.
Tangan Chandra kembali naik ke dada bagian atas Diyo. Ia memilin puting dada kiri Diyo mengakibatkan si empunya terjekut dan tak sengaja membuka mulutnya. Momentum tersebut tak dilewatkan oleh Chandra dengan gesit ia memasukkan lidahnya ke dalam mulut Diyo yang terasa hangat dan basah, langsung menggerakkan lidahnya mengusap rongga bagian atas mulut Diyo yang bertekstur tidak rata namun lembut disaat bersamaan.
“Mmhh! Nnhh! Nggh!”
Desahan keduanya terdengar, membaur menjadi satu menikmati sensasi yang tercipta saat lidah Chandra membelai rongga bagian atas mulut Diyo yang menghasilkan desiran aneh yang menggelora di tubuh keduanya. Chandra menginginkan Diyo lebih lagi, begitupun dengan Diyo yang menginginkan Chandra bertindak lebih jauh lagi padanya.
Kenikmatan dari mulut Diyo membuat Chandra melakukan lebih banyak permainan lidah, menciptakan gerakan-gerakan baru dari lidahnya yang kini mulai memenuhi setiap sudut rongga mulut Diyo. Tekan, putar dan tekan kembali. Begitulah yang Chandra lakukan saat menjelajahi rongga sebelah kiri mulut Diyo, rasa lembut dan hangat seketika terasa. Chandra pun tertarik untuk merasakan lagi bagian yang sebelah kanan, membelai deretan gigi Diyo menggunakan ujung lidah dengan hati-hati agar kejadian tempo hari tak terulang lagi, kemudian beralih kembali pada bagian tengah. Bersiap menari dengan lidah Diyo yang telah ia tunggu sejak tadi.
Tak hanya permainan lidah saja, kini kedua tangan Chandra sudah beralih ke bagian belakang Diyo, Chandra mulai aktif meremas pantat Diyo yang padat dan sintal.
“Hahhh.... Ngghhh...!!! Hahhh....”
Ciuman mereka terlepas, tapi tak lama Diyo menarik tengkuk Chandra lagi, menciumnya lebih dalam lagi. Chandra memantapkan pegangannya pada pinggang Diyo, dia bisa merasakan bagian selatan Diyo yang menempel pada pahanya sudah terasa sangat keras. Diyo meletakkan tangannya pada pundak Chandra, mencengkeram kausnya hingga fabrik itu kusut.
“Chanhhhhh— can i—”
“Do it.”
Diyo mulai memaju mundurkan dirinya sendiri, menggesekkan miliknya pada paha Chandra yang masih terbalut celana, begitupun dengan dirinya.
“Nghhh...”
“Nggak usah buru-buru Iyo, gue disini. Pelan-pelan aja.”
Ia mendengar Chandra sehingga memperlambat gerakannya dan mengatur nafasnya yang berantakan.
Chandra mengulum daun telinga Diyo kemudian meniupkan nafas hangat, memberikan afeksi lebih hingga membuat Diyo melenguh keenakan.
“Aaanghhhh— Chan...”
Chandra mengecup pelipis Diyo, menyingkirkan anak rambut yang basah karena keringat.
“Iyo.” Bisiknya, “enak?” Tanya Chandra, yang diangguki oleh Diyo.
Melihat Diyo yang memaju mundurkan dirinya sendiri membuat sesuatu di dalam dirinya ingin dipuaskan juga, tapi sekarang belum saatnya. Kalau Diyo sudah selesai baru dia akan menyelesaikan urusannya sendiri.
Chandra mengusap bibir Diyo yang sedikit membengkak, memasukkan telunjuknya kedalam mulut Diyo yang langsung dihisapnya dengan rakus dengan pandangan sayu yang hampir membuat Chandra hilang kewarasan.
Diyo menggerakkan pinggulnya lebih cepat.
“Hngggghhh chan—hhhh—dra”
Chandra menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan desahannya sendiri dan membantu Diyo untuk segera mendapatkan pelepasannya.
Chandra mengecup lehernya, menghisapnya ringan tanpa meninggalkan bekas. Meremas pinggulnya untuk menambah afeksi lebih lagi bagi Diyo.
“Ng-AHHH.. ” tidak berapa lama kepalanya menengadah dan tubuhnya mengejang beberapa kali, Diyo melenguh panjang mencapai puncaknya. Chandra menunggunya turun dari euphoria yang ia ciptakan sendiri lalu mengecup bibirnya sekali saat pria itu kembali ke bumi.
“Capek?” Diyo langsung memeluk Chandra dan menyembunyikan wajah di lehernya.
“Kenapa?”
“Malu..”
Chandra tertawa kecil, “nggak usah malu.”
Akhirnya Diyo mengangkat kepalanya, namun matanya tertuju pada selangkangan Chandra yang ikut menggembung.
“Mau di bantu?” Tawarnya.
Chandra menggeleng, “nggak usah Yo, nanti gue beresin sendiri.”
Diyo turun dari pangkuan Chandra lalu tangannya melepas celananya sendiri sampai memperlihatkan paha putih dan mulus yang hanya tertutup kaos oversize sedikit. Membuat Chandra ingin memberi tanda disana.
“Pake paha gue Chan.”
Chandra tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Diyo menarik lengannya untuk berdiri, ia membelakangi Chandra dan menumpukan tangannya pada dinding.
Meneguk ludahnya kasar, Chandra mulai mengangkat kaos Diyo dan memperlihatkan dua bongkahan kenyal yang tadi sempat di remasnya. Chandra ingin menyapanya lagi, dengan hati-hati ia meremas pantat kiri Diyo.
Chandra mulai menurunkan celana pendek dan celana dalamnya, ia mengurut miliknya sebentar lalu memasukkan di sela-sela paha Diyo.
“Yo, gue—”
“Gapapa Chan, gerak aja.”
Chandra langsung menggerakkan pinggulnya sekali, dua kali barulah saat yang ketiga kalinya dia bisa bergerak dengan nyaman. Menggerakkan pinggulnya maju mundur lewat celah sempit kedua paha Diyo yang dirapatkan. Dekat dengan lubang belakangnya, hingga Chandra bisa membayangkan kalau sekarang ia sedang menyetubuhi Diyo.
Desahan Chandra berada di kuping sebelah kiri Diyo persis, kini Chandra mengangkat baju Diyo sampai ke atas lalu menarik pinggulnya supaya semakin menonjol kebelakang.
Chandra mengeluarkan precumnya hingga membuat gerakannya semakin licin, Chandra menengadahkan kepalanya keatas merasa nikmat walau hanya dijepit oleh paha Diyo.
Diyo menolehkan wajahnya ke belakang, Chandra yang kacau seperti saat ini terlihat lebih seksi dan berbeda dari Chandra yang biasanya ia lihat. Chandra tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia kembali menyambar bibir Diyo untuk diajaknya berciuman lagi.
Bunyi pertemuan kulit dan cipakan bibir keduanya memenuhi kamar, mereka tidak peduli apakah di bawah ada Sagara atau yang lain yang mungkin mendengarnya. Setelah beberapa kali dorongan, Chandra mulai mengeluarkan spermanya dan mengotori paha Diyo juga lantai.
Chandra yakin setelah ini, semua ekspresi dan suara Diyo tidak akan hilang dari kepalanya.