Malam ini Kyungsoo berniat mengenalkan Chanyeol pada orangtuanya. Sepanjang perjalanan Chanyeol terus-menerus membahas hal yang menurut Kyungsoo sangat menyebalkan. “Jangan usir aku, aku akan bersikap lebih baik lagi. Aku akan melakukan apapun yang kau minta.” Kyungsoo fokus pada jalanan didepannya. Mereka sudah membicarakan ini berkali-kali. Kyungsoo juga ingin Chanyeol berada disisinya untuk waktu yang lama tapi disini bukan tempatnya. Walaupun Chanyeol sudah bersama Sehun —chip nya, tapi kondisi kesehatan nya tetap lemah, bahkan seminggu ini Chanyeol sudah pingsan dua kali.
“Apa kau sudah tidak mencintai ku lagi?” “Bodoh. Kau tidak bisa sembuh dengan obat-obatan yang ada di bumi, kau harus kembali ketempat asalmu supaya bisa sembuh. Dan bisa berkumpul dengan kaum mu disana. Apa kau mau terus-terusan tinggal disini sebagai alien?.” “Bagaimana kalau aku tidak bisa kembali kesini?” “Lakukan segala cara agar kau bisa kembali. Aku akan menunggumu sampai kau kembali” “Kalau aku terlalu lama untuk datang padamu lagi maka carilah orang lain tapi kalau disini tiba-tiba terjadi hujan api atau pisau berarti aku sedang cemburu dan mengutukmu dari atas sana” “Menyebalkan”
Tepat saat mereka melewati jalan dimana pertama kali mereka dipertemukan. Waktu tiba-tiba berhenti. Chanyeol yang duduk di bangku penumpang sebelah Kyungsoo hilang. Kyungsoo berkaca-kaca menyadari apa yang tengah terjadi. Chanyeol sudah pergi meninggalkannya. Chanyeol sudah pergi dibawa oleh pesawat ruang angkasa nya. Kyungsoo menepikan mobilnya. Memukul-mukul stir mobil yang tak bersalah demi meluapkan emosinya. Air matanya tidak bisa lagi dibendung, malam itu Kyungsoo menangisi Chanyeol yang entah bisa kembali lagi atau tidak padanya.
“Aku memang memintamu pergi, tapi bukan tiba-tiba pergi seperti ini, lalu bagaimana denganku? Apa yang harus ku lakukan Chanyeol? Apa yang harus ku lakukan sepanjang sisa hidupku? Kita sudah berjanji untuk piknik ke sungai Han minggu depan, bisakah kau kembali padaku? Kumohon”