HAPPY VALENTINE


14 February 2022

Chanyeol sudah selesai mandi dan ia segera mengenakan kameja simple berwarna putih. Kameja sederhana pemberian Kyungsoo saat ulang tahunnya yang ke 26 tepatnya 2 tahun lalu. Chanyeol ingin tersenyum. Namun jangan ingatkan tentang hari ulang tahunnya 2 tahun lalu. Ia membenci hari itu. Ia menatap dirinya di cermin besar dalam kamarnya. Ia sedikit tersenyum miris. Ia belum pernah mengenakan kameja itu sebelumnya. Namun hari ini ia akan memakainya untuk bertemu Kyungsoo. Kyungsoo pasti senang. Pikirnya. Setelah memastikan dirinya sudah rapih dengan sedikit gel rambut dan parfum yang ia gunakan, ia segera mengambil ponsel, dompet serta kunci mobilnya. Tak lupa ia memasukkan kembali jaket denim milik Kyungsoo kedalam lemarinya. Ia benar benar tidak sabar bertemu Kyungsoo dan mengucapkan Selamat Hari Kasih Sayang.

Sepanjang perjalanan Chanyeol melihat Cafe yang sering ia kunjungi bersama Kyungsoo untuk membahas tugas ataupun materi lainnya. Toko buku yang biasa mereka datangi dan perpustakaan untuk mencari tambahan referensi atau sekedar menambah koleksi manga terbaru. Juga museum yang sering mereka datangi ketika kencan. Kyungsoo sering mengajarkan Chanyeol untuk tidak membuang uang banyak jika hanya ingin pergi kencan. Semua yang ia lakukan ditempat tempat itu bersama Kyungsoo. Lagi lagi Chanyeol tersenyum gemas mengingat wajah lucu kekasihnya. Ia menghentikan mobilnya disebuah toko bunga kecil. Chanyeol keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki toko bunga mini itu.

Kring

“Selamat datang. Ada yang bisa kami bantu?”

“Aku ingin membeli sebuket bunga.”

“Oh? Nak Chanyeol. Kau datang lagi rupanya. Mau beli bunga untuk Kyungsoo?” Chanyeol mengangguk membuat si wanita paruh baya pemilik toko itu tersenyum tipis.

“Bunga yang seperti apa?”

Chanyeol menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

“Eum hari ini hari valentine. Dan bibi taulah, aku sangat merindukannya.”

Wanita paruh baya itu tersenyum tipis dan mengambil beberapa tangkai bunga Camelia yang ia satukan dalam sebuah buket. Ia kemudian menyerahkan sebuket bunga itu pada Chanyeol.

“Ini bunga Camelia pink. Bunga ini melambangkan kerinduan dan cinta pada orang yang telah lama dirindukan.” Chanyeol perlahan meraih bunga itu. Menghirup aroma dari bunga berwarna merah muda itu.

“Ini harum dan indah. Kyungsoo pasti suka.”

Wanita paruh baya itu tersenyum kemudian mengangguk.

“Oh iya bibi, berapa yang harus ku bayar?” Tanya Chanyeol seraya siap siap mengambil dompetnya.

“Sudah berapa kali kubilang. Jika untuk kalian berdua, kalian tidak perlu membayar apapun.”

Chanyeol masih terdiam menatap wanita yang dipanggil nya bibi itu tersenyum lembut padanya.

“Tapi bibi-”

“Sudah. Cukup sampaikan Salam ku untuk Kyungsoo saja?”

Chanyeol mengangguk.

“Pasti. Kalau begitu, aku pergi dulu bibi. Kyungsoo pasti akan marah jika aku terlambat. Terima kasih.”

Sang wanita paruh baya hanya tersenyum miris melihat Chanyeol. Setelah mendapat anggukan, Chanyeol bergegas keluar dari toko tersebut dan masuk ke mobilnya. Melaju kencang meninggalkan toko bunga.

Ah ia jadi ingat ketika dulu ia memberi Kyungsoo sebuket bunga mawar saat Valentine 2 tahun lalu. Lelaki itu sangat senang.


Chanyeol memberhentikan mobilnya. Ia sudah sampai ditempat Kyungsoo. Ia sedikit merapihkan dirinya dikaca mobilnya. Chanyeol keluar dari mobilnya. Tak lupa dengan bunga yang ia bawa. Chanyeol berjalan menyusuri pemakaman umum tersebut.

Disinilah dia. Didepan sebuah makam dengan batu nisan berwarna putih yang tampak sudah lama namun terawat. Chanyeol tersenyum tipis mendekati makam tersebut.

“Aku datang.”

Ia terduduk berlutut disamping makam bersih tersebut. Menatap lama nama yang tertera disana.

Runtuh.

Pertahanan Chanyeol runtuh. Bahunya mulai bergetar dan liquid bening yang sudah ia tahan itu akhirnya lolos. Chanyeol menangis tanpa bersuara.

Bohong jika ia tidak merindukan sosok itu. Doh Kyungsoo. Sosok yang ia cintai selama 10 tahun ini. Sosok yang selalu membuat hari nya menjadi berwarna. Sosok yang selalu tersenyum untuknya. Dan sosok itu sudah hampir 2 tahun meninggalkannya.

“Ah. Maafkan aku. Aku menangis lagi. Kamu pasti marah ya? Aku telat dan sekarang aku malah nangis. Hehe apa kamu akan memukuliku? Atau menjewer telingaku? Kuharap... Kamu melakukannya....”

Chanyeol berusaha menenangkan dirinya. Ia tidak boleh menangis. Ia sudah melanggar janjinya pada Kyungsoo. Dan ia berharap Kyungsoo akan memukulnya seperti dulu.

Chanyeol meletakkan bunga Camelia yang ia bawa diatas makam Kyungsoo.

“Ini untukmu. Bibi memberi ini secara gratis padaku, dan beliau juga menitipkan salam. Kamu seneng nggak? Kali ini bukan bunga mawar sayang.”

Chanyeol bermonolog seraya mengusap lembut nisan makam tersebut.

“Ini adalah bunga Camelia. Bunga ini melambangkan kerinduan. Ya, kerinduanku padamu.”

Sial. Airmatanya lolos lagi. Kyungsoo bisa memarahinya. Chanyeol menundukkan dirinya sekuat tenaga menahan tangisnya agar tidak terlihat cengeng oleh Kyungsoo.

“Aku menyesal. Hiks... andai saja aku mengetahuinya lebih awal. Andai saja aku menyadari semuanya lebih awal. Andai saja saat itu aku lebih mengetahui tentang dirimu. Mungkin... Saat ini kamu masih bersamaku”


27 November 2020

Hari ini ulang tahun Chanyeol. Dan tentunya ini hari special untuk Chanyeol maupun Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum senang ketika kue yang ia buat sudah benar benar siap. Tinggal menunggu Chanyeol pulang kerja dan ia akan memberikan kejutan pada Chanyeol.

Pasalnya hari ini ia memang belum memberi ucapan selamat pada Chanyeol. Berniat agar Chanyeol pikir ia melupakannya, supaya rencananya memberi kejutan berjalan lancar.

“Chanyeol pasti akan pulang sebentar lagi. Hehe. Oh- astaga iya hadiah!” Kyungsoo berlari menuju kamar Chanyeol. Ya walau itu kamar Chanyeol, namun ia juga sering bermalam disana.

Kyungsoo sudah membelikan hadiah untuk Chanyeol, namun ia harus memastikan jika ia tidak melupakan hadiah itu dirumahnya karena Chanyeol pasti akan segera pulang.

“Ah untung ada disini.”

Kyungsoo mengusap dadanya lega. Ia meraih kotak berukuran sedang itu. Isinya sebuah kemeja sederhana berwarna putih yang ia pikir cocok dengan Chanyeol.

“Sebaiknya aku letakan bersama kue ulang tahun saja.” Ucap Kyungsoo.

Ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Namun tiba tiba kepalanya merasakan pusing yang hebat. Entahlah. Tiba tiba semua yang ia lihat menjadi berputar putar tak beraturan.

Langkah Kyungsoo mulai oleng. Ia memegang kepalanya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih setia memegang erat kotak hadiah untuk Chanyeol.

“Argh... kepalaku...”

Rintihan Kyungsoo terdengar begitu menyakitkan.

“Tuhan... kumohon jangan sekarang...”

Kyungsoo masih merintih seraya tubuhnya ia sandarkan ditembok dekat kamar Chanyeol. Pandangan kyungsoo mulai kembali normal. Ia berhasil keluar dari apartemen Chanyeol namun Kyungsoo tak kuat lagi untuk berjalan. Ia terjatuh pingsan. Dan Lantas itu membuat orang orang disekitar gedung apartement itu segera berkerumun dan membawanya ke rumah sakit.


Chanyeol melangkah masuk ke apartementnya. Ia segera menghempaskan tubuhnya di sofa setelah melepas sepatunya.

“Ahh melelahkan...”

Ia melirik jam dinding apartementnya. 18.12.

Ia menghela nafas.

Ini hari ulang tahunnya dan kekasihnya tidak mengabarinya sama sekali. Bahkan ia sudah mencoba menghubungi Kyungsoo saat hendak pulang dari kantor. Sama. Kyungsoo tidak bisa dihubungi.

Ia khawatir dan sedikit kecewa? Apa Kyungsoo tidak mengingat ulang tahunnya?

Drrt drrt.

Ponselnya bergetar. Ia berharap itu dari Kyungsoo.

Tapi harapannya pupus begitu saja. Bukan Kyungsoo. Tapi Baekhyun, teman Kyungsoo.

“Ada apa Baekhyun meneleponku? Tumben.”

Ia menekan tombol jawab pada ponselnya.

“Halo? Ada apa Baek?”

“A-APA? BAIKLAH BERITAHU AKU RUMAH SAKIT MANA!”

Tut.

Tanpa berbicara banyak lagi, Chanyeol segera secepat kilat memakai sepatu dan berlari keluar dari apartementnya. Membawa diri, dompet, ponsel dan kunci mobil.

Ia tidak memikirkan apapun lagi sekarang. Bahkan apartementnya ia biarkan terbuka.

Hanya satu yang memenuhi pikirannya.

Doh Kyungsoo.

Chanyeol segera keluar dari mobilnya setelah sampai dirumah sakit yang diberitahu Baekhyun tadi.

Berlari dengan segenap kecepatan yang ia miliki untuk menuju ruangan yang diberitahu Baekhyun tadi tanpa harus bertanya pada receptionist.

Chanyeol segera sampai didepan salah satu ruangan dimana terlihat Baekhyun yang tampak menunggu dengan cemas.

“Chanyeol.”

Tanpa mempedulikan Baekhyun, Chanyeol segera membuka pintu tersebut. Namun gagal karena Baekhyun mencegatnya.

“Jangan masuk Chanyeol. Dokter sedang menangani Kyungsoo.”

“Tidak bisa! Aku harus menemani Kyungsoo!” Bentak Chanyeol.

Kini Chanyeol benar-benar sudah berkeringat dan urat uratnya mulai kentara. Ia terlalu takut terjadi sesuatu dengan kekasihnya.

“Dokter sedang menanganinya. Kau tenang saja.” Ucap Baekhyun pelan.

Ia juga khawatir pada sahabatnya. Tapi tetap saja mereka hanya bisa menunggu kabar baik dari dokter.

“Bagaimana aku bisa tenang Baek!? Kyungsoo tiba-tiba saja masuk rumah sakit dan aku tidak mungkin bisa tenang!”

Baekhyun juga tidak bisa bersabar jika Chanyeol terus emosi seperti ini.

“Biarkan dokter menanganinya Chanyeol! Kita hanya bisa menunggu kabar baik...”

Nada bicara Baekhyun kini merendah dan menciut.

“Ada apa dengan nada bicaramu? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Kyungsoo bisa pingsan separah itu sedangkan dia benar benar sehat!?”

Tanya Chanyeol penuh emosi. Bukannya ingin memarahi Baekhyun. Chanyeol hanya ingin tahu saja. Apa masuk akal Kyungsoo yang tadinya sehat kini pingsan dan terlihat butuh penanganan serius?

“Tenanglah Chanyeol. Kau akan tahu sendiri dari dokter.”

Chanyeol tidak berkutik lagi. Ia mengusap wajahnya kasar. Menunggu dokter dengan ketidak sabaran.

Pintu terbuka menampakan seorang dokter dengan satu orang suster dibelakangnya.

“Dokter! Bagaimana keadaan Kyungsoo? Apa yang terjadi dengannya?”

Tanya Chanyeol begitu tak sabaran.

Dokter itu hanya menghela nafas berat.

“Apakah anda keluarganya? Jika iya, kita perlu bicara diruangan saya.”

Chanyeol hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Dokter tersebut menuju ruangannya.

Sepanjang jalan Chanyeol harap harap cemas. Ia berharap Dokter itu hanya akan bilang bahwa Kyungsoo hanya kelelahan.

“Silahkan duduk.”

Chanyeol segera duduk didepan dokter itu.

“Jadi ada apa dengan Kyungsoo dokter?”

“Ya dari hasil tes yang kami lakukan, sel kanker sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Bahkan sarafnya.”

Chanyeol membulatkan matanya. Kanker?

“А-ара? Sejak kapan Kyungsoo mengidap kanker?”

“Anda tidak tahu? Sudah enam bulan belakangan ini saudara Kyungsoo mengidap penyakit Kanker otak. Dia rajin datang check up. Namun selalu menolak untuk melakukan operasi. Jadi ia hanya sering meminta resep obat penahan rasa sakit.”

Lidah Chanyeol kelu.

Sudah enam bulan Kyungsoo mengidap kanker dan ia tidak tahu?

“Dokter... Kyungsoo masih bisa diselamatkan kan?”

Suara Chanyeol mulai bergetar. Dokter tersebut menghela nafas.

“Melihat sel kanker yang sudah menyebar dan berada ditingkat stadium akhir. Kami tidak bisa memastikan. Tapi kami akan berusaha.”

Chanyeol menggeleng keras.

“Tidak! Kyungsoo pasti selamat dokter! Aku mohon lakukan pengobatan apa saja. Aku akan membayar berapapun itu. Kumohon...”

“Teruslah berdoa”


“Ay...”

Chanyeol berusaha membuat dirinya terlihat baik-baik saja ketika mendengar suara lemah Kyungsoo yang sudah siuman.

“Iya sayang aku disini.”

Chanyeol setia menggenggam erat tangan pucat itu. Ia juga mengusap kepala Kyungsoo penuh sayang.

“Maafkan aku...”

lirih Kyungsoo dengan suara lemahnya. Namun masih bisa didengar oleh Chanyeol.

“Ssst... Nggak perlu minta maaf... Kamu nggak punya salah.”

“Ay, aku pengen keluar ngeliat bintang.”

“Nggak sayang. Ini udah malam nanti kamu bisa kedinginan.”

Kyungsoo merengut kecewa.

“Ayolah ay... Pwease...”

Chanyeol masih menggeleng. Ia tidak mau luluh dengan Kyungsoo disaat seperti ini.

“Gimana kalo nanti kamu kedinginan hm?”

“Kamu bisa memelukku.”

Doh Kyungsoo memang pintar. Dan akan selalu begitu.

“Baiklah baiklah. Tapi hanya untuk melihat bintang kan? Hanya sebentar kan?”

Kyungsoo mengangguk lemah. Ia segera bangun secara perlahan. Tubuhnya masih sedikit lemah untuk beraktifitas.

“Ada satu syarat lagi.”

Kyungsoo mengernyit bingung.

“Apalagi ay?”

“Pakai selimut nya dan biarkan aku menggendongmu dan memelukmu selama diluar.”

Kyungsoo tersenyum dan mengangguk membuat Chanyeol segera menuntunnya untuk bangun dan menggendong Kyungsoo di punggungnya. Tak lupa Kyungsoo membawa sebuah kotak yang berada di nakas.

Disinilah mereka. Taman rumah sakit. Tempat yang bagus untuk melihat bintang.

“Ay lihat! Ada bintang jatuh!”

Chanyeol mengikuti arah yang di tunjuk Kyungsoo. Tidak ada satu benda langit pun yang melintas hingga bisa di sebut bintang jatuh.

“Ayo buat permintaan...”

Kyungsoo segera menutup matanya dan mengaitkan kedua tangannya.

Chanyeol masih menatap Kyungsoo sebelum mengikuti apa yang Kyungsoo lakukan. Keduanya membuka mata mereka bersamaan.

“Apa harapanmu, Ay?”

Chanyeol tersenyum seraya masih memeluk Kyungsoo.

“Aku? Aku berharap kita bisa bahagia bersama selamanya. Kalau kamu?”

Kyungsoo tersenyum miris. 'Aku harap kamu selalu bahagia tanpa aku yeol.'

“Eum... aku juga! Aku harap kita bisa selalu bahagia bersama!”

Chanyeol mencium kening Kyungsoo sekilas lalu mengusap puncak kepala Kyungsoo.

“Aku mencintaimu.”

“Aku juga.”

Lagi. Chanyeol kembali mencium puncak kepala Kyungsoo.

“Oh iya Ay! Aku hampir lupa! Ini untukmu...”

Kyungsoo meraih kotak hadiah disampingnya yang ia bawa dari ruangannya tadi.

“Untukku?” Tanya Chanyeol.

“Hm, ini hadiah ulang tahun untukmu...”

Kyungsoo tersenyum lebar ketika Chanyeol menatapnya.

“Maaf baru memberikan sekarang. Ini bahkan hampir tengah malam.”

Ucapan Kyungsoo terdengar menciut. Tanpa menunggu jawaban Chanyeol, ia segera masuk ke pelukan Chanyeol, menyamankan sandaran kepalanya di dada bidang Chanyeol.

“Selamat ulang tahun Chanyeol.”

Lirihnya pelan.

Chanyeol kemudian mengeratkan rengkuhannya pada pemuda kecil itu. Membiarkan dirinya menghangatkan Kyungsoo.

“Terima kasih sayang.”

“Ay... aku mengantuk.”

Ucap Kyungsoo lemah.

“Tidurlah sayang. Aku akan menggendongmu ke kamarmu.”

Kyungsoo perlahan menutup matanya. Membiarkan Chanyeol menggendong Kyungsoo di punggungnya. Tak lupa ia membawa kotak hadiah yang diberikan kyungsoo.

Sepanjang perjalanan Chanyeol terus menahan airmata nya. Kenapa rasanya masih jauh untuk sampai keruangan Kyungsoo? Ia berusaha agar tubuhnya tidak bergetar.

“Ay? Kamu nangis?”

Chanyeol menggeleng.

“Nggak sayang.”

“Bohong. Kamu nangis. Maafin aku ya yeol... Aku nggak bermaksud nyembunyiin penyakitku dari kamu. Kamu tahu kan aku paling sedih kalo liat kamu khawatir. Aku nggak pengen kamu khawatir, aku juga nggak mau ngeliat kamu nangis yeol. Itu kelemahan ku.”

Ucap Kyungsoo panjang lebar masih dengan nada lemah.

Chanyeol tidak berkutik. Ia hanya ingin menahan tubuhnya agar tidak bergetar dan Kyungsoo tidak menyadari dirinya sedang menangis.

“Chanyeol? Mau berjanji padaku?”

Tanya Kyungsoo lemah. Ia berbicara dengan matanya yang tertutup

“Nanti saja sayang... kamu... kamu nggak boleh banyak bicara dulu... Nanti kamu kelelahan.”

“Chanyeol kamu harus janji sama aku buat nggak pernah nyalahin diri kamu sendiri. Jangan nangis lagi. Kamu juga harus ngebuka hati kamu buat orang lain. Dan... kamu harus selalu bahagia yeol. Meski tanpa aku sekalipun. Janji ya?”

Chanyeol semakin menangis. Kenapa rasanya lama sekali untuk sampai diruangan Kyungsoo?

“Ay? Kenapa nggak menjawab? Apa kamu nggak sayang sama aku lagi?”

Chanyeol menggeleng keras.

“Sampai kapan pun aku akan menyayangi dan melindungimu sayang. Aku... janji.”

Kyungsoo tersenyum dengan matanya yang masih tertutup.

“Terima kasih Chanyeol.”

Dan setelahnya Chanyeol merasa dunianya hancur. Hembusan nafas pelan Kyungsoo diceruk lehernya tidak terasa lagi.


14 February 2022

Chanyeol mengusap pelan nisan putih tersebut.

“Sayang, kamu lihat? aku memakai baju pemberianmu. Awalnya berat rasanya memakai hadiah terakhir darimu ini. Tapi kupikir kamu pasti senang jika aku memakainya hari ini.”

Lagi. Entah kenapa Chanyeol suka menangis tiba tiba padahal tadi ia sudah tenang.

“Hiks...”

“Aku ingin menepati janjiku. Mulai sekarang aku tak akan menyalahkan diriku lagi. Tapi untuk saat ini, ijinkan aku menangis. Ah... kenapa aku jadi cengeng.”

Chanyeol segera mengahapus airmata nya.

“Harusnya aku tidak seperti ini. Kamu pasti marah ya? Pukul saja aku ayo! Kumohon pukul aku...”

Suara Chanyeol perlahan menjadi lirih.

“Kyungsoo kamu jahat... kamu minta aku janji buat ngebuka hati? Cih, nyatanya kamu ngebawa pergi hatiku.... jadi aku nggak jamin bisa ngebuka hatiku lagi. Kecuali kalo kamu mau kembali untuk mengembalikan hatiku.”

“Cih, aku udah gila. Mana mungkin kamu kembali...”

Chanyeol tersenyum miris. Chanyeol menghela nafas berat lagi.

“Dan lagi. Aku akan berusaha bahagia tanpamu sayang. Yah... walaupun kamu sendiri tahu. Kamu membawa pergi semua kebahagiaanku. Kamu adalah sumber kebahagiaanku satu satunya....”

Chanyeol kemudian menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya dengan tegas.

“Tapi demi kamu, aku akan mencoba menepati janjiku. Aku mencintaimu sayang.”

“Selamat hari kasih sayang Doh Kyungsoo kesayangannya Park Chanyeol.”

Kadang kita merindukan seseorang bukan kerana kita merindukan satu tatap wajah. Tapi kita merindukan kenangan bersamanya. Kerana kita tahu, kita tidak mungkin akan kembali lagi pada masa itu. Rindu yang tak berpenghujung. Dan rindu yang paling berat, rindu pada orang yang sudah tiada.

—END—