Yang muntah Lyra, yang menangis Kyungsoo. Tapi sungguh dengan kondisinya... Astaga! Sudah berapa banyak obat yang masuk kedalam tubuh sekecil ini? Setengah sendok kecil pun tidak ada tapi dia terus menerus muntah seolah telah menelan terlalu banyak obat. Tak sebanding yang masuk dengan yang keluar.
“Mas!!!!!” Tak tahan lagi, Kyungsoo buru-buru menuruni tangga dengan Lyra di gendongan nya, memanggil suaminya yang sedang menemani Yuan menonton cocomelon. “Mas, Lyra muntah-muntah lagi, lebih parah dari tadi sore, a-ayo ke dokter!.”
Chanyeol langsung bergegas ke parkiran dengan menggendong Yuan yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi dia bisa merasakan kalau kedua orang tuanya sedang panik dan ketakutan saat ini.
Selain tubuhnya yang menolak makanan dan susu, mental nya pun ikut menolak keberadaan Kyungsoo dan Chanyeol. Lyra menangis sepanjang perjalanan membuat Chanyeol mengendarai mobilnya lebih cepat supaya bisa sesegera mungkin mereka sampai ke rumah sakit tujuan. Kyungsoo pun hanya bisa merengkuh erat lyra dalam dekapannya, berbisik lembut berharap bisa menenangkannya yang sudah bergetar hebat dan pucat pasi. Yuan yang duduk disamping Kyungsoo hanya bisa memegangi lengan Papa nya dengan diam, dia ingin menangis tapi tak bisa karena takut membuat kedua orang tuanya semakin panik nantinya.
“Kumohon, bertahan, sebentar saja.” Bisikan Kyungsoo, selembut apapun tak dapat diterima dengan baik oleh lyra. Ia mulai tersedak dan tampak kesulitan bernafas, reaksi paniknya benar-benar mengkhawatirkan.
“Ada apa?” Dokter yang tadi siang — bertemu mereka di lorong, jam prakteknya sudah usai ia sebenarnya dalam perjalanan untuk pulang. Tapi malah bertemu keduanya dan bayi yang tadi siang baru saja ia periksa. “Oh? Bayinya— astaga! Kemarikan”
Lyra berpindah tangan dan dokter meminta keduanya untuk mengikutinya ke ruangan. Memberikan perawatan medis dan tetap bertanya apa yang terjadi sebelumnya.
“Muntah-muntah, lalu ia terus bersembunyi” Kyungsoo, terlanjur panik hingga membuatnya tidak bisa berbicara dengan tenang. “Bu- bukan aku, sungguh, aku tidak melakukan apapun.”
“Tidak, tidak, bukan salahmu.” Ujar si dokter, menenangkan Kyungsoo. “Ini reaksi kecemasannya, aku ingin mengatakan ini specific phobia, tapi ia tidak sampai tahap itu. Ia hanya ketakutan.”
“Lalu kenapa ia sampai muntah?” Tanya Chanyeol “Sebenarnya ia juga mengompol” Ujar si dokter, “Yang menyakiti nya adalah sang ayah, seorang laki-laki, dan agaknya dia berpikir semua laki-laki adalah orang yang sama dengan ayahnya”
Lyra mengepalkan tangannya rapat, gemetarnya sedikit reda begitu ia menyentuh kasur. Namun tampaknya ia juga sedang mencoba berdamai dengan ketakutannya. Seolah memaki diri sendiri untuk tenang tapi ia tak dapat melakukannya dengan baik.
“Lalu bagaimana? Apa dia butuh terapis atau psikolog?” Tanya Kyungsoo
“Dia butuh medis untuk reaksi muntah-muntahnya, tapi tidak untuk obat, jangan pernah memasukkan obat apapun tanpa sepengetahuan kami.” Dokter itu baru saja selesai dengan popok si bayi, yang kini meringkuk di kasur. “Bagaimana dengan mentalnya?” tanya Chanyeol, “Kupikir kami sungguhan butuh psikolog anak untuknya.” “Untuk saat ini lakukan hypnoparenting. Katakan sesuatu yang baik padanya, jangan di marahi langsung jika ia tahu-tahu berbuat kesalahan. Jelaskan pelan-pelan. Yang jelas, batin kalian harus terkoneksi dulu dengannya, usahakan ia tidak lagi berpikir semua pria sama dengan ayahnya.” Jelas si dokter, “Hubungi aku lebih dulu jika ia semakin mengkhawatirkan, terkadang... seorang psikiater akan langsung memberi obat penenang tanpa mau tahu apa yang sebenarnya di butuhkan si pasien.”
Bayi itu tak bersuara—memang pada dasarnya tak ada suara, bahkan menangis pun hanya terdengar suara cekatan nafasnya atau batuk. Kyungsoo terus mengusap punggung si bayi untuk menenangkannya. “Kau yakin?” tanya Chanyeol lagi, dia pun masih terkejut dengan penolakan si bayi, “Hm?” Mengangguk cepat, “Aku yakin. Aku akan menolongnya.” Menghela nafas. Satu kecupan di layangkan untuk si manis. “Kita. kita yang akan menolongnya.” Bayi itu tertidur pulas setelah dirasanya puas menangis. Mulutnya terbuka——pernafasannya pastilah tersumbat. Dadanya naik-turun, dan sesekali terbatuk atau menggosok hidungnya yang tersumbat. Telunjuk Chanyeol mengulur, mengusap kenyal dipipi si bayi. Lalu menciumnya lembut. “Selamat tidur, sayang.”