jum'at pagi
Jum'at pagi memang biasanya memang digunakan oleh keluarga Mahendra untuk sekedar ngumpul minum teh dan menghabiska waktu bersama di taman belakang rumah. Hal tersebut merupakan kewajiban. Oma ingin tahu aktivitas apa saja yang dilakukan para anak, cucu dan menantunya selama semingguan terakhir.
Jujur saja Calvin sudah muak dan ingin mengajar wajah Jade yang menurutnya sangat menyebalkan, tapi dia sedang menunggu waktu yang tepat supaya semua berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Memberikan sedikit pelajaran pada sepupunya yang kurang ajar.
Cucu bungsu Mahendra group sedang menceritakan tentang project barunya yang digadang-gadang akan sukses besar, juga menceritakan kisah cintanya dengan putri tunggal Wisesa yang sebentar lagi akan terikat dalam sebuah janji suci. Dan jika itu semua terjadi, sudah jelas keuntungan apa yang akan di dapatkan oleh Jade nantinya.
Namun ceritanya harus terinterupsi oleh panggilan masuk dari wanita yang dibanggakan di depan semua keluarga beberapa saat lalu.
Kini giliran Calvin yang menceritakan tentang harinya semingguan ini, tapi dia hanya menceritakan tentang pekerjaan tidak menyinggung permasalahan seminggu kemarin yang membuatnya pusing.
Calvin ijin untuk pergi ke toilet sebentar, padahal ia ingin memantau Jade dan tiba-tiba kerah kemejanya ditarik begitu sajad dari belakang, yang Calvin sudah tahu pasti siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Jade.
Lelaki yang baru saja kembali setelah berbicara dengan tunangannya di seberang sana itu terlihat sangat murka. “Lu, ngap—” sebelum Calvin menyelesaikan kalimatnya. Jade langsung menghadianya sebuah bogeman kuat di rahang kanannya. Membuat Calvin terhuyung kebelakang.
“BRENGSEK! APA YANG LU LAKUIN HAH?! GUE BUAT SALAH APA SAMPE LU NGELAKUIN HAL BANGSAT KE GUE KAYAK GINI?!”
Calvin mulai menarik kuat kerah kaus Jade, satu pukulan kuat ia layangkan di tempat yang sama seperti Jade memukulnya. Menyalurkan segala emosi yang ia tahan sejak kemarin.
“Sakit? Gak seberapa sama rasa sakit yang Dion rasain karena lu. “
Calvin langung menarik kasar Jade untuk kembali berdiri, di hadapannya ada sang sepupu yang berlumuran darah di sudut bibir dan pipi kanannya yang terlihat memar.
Jade mulai menatap Calvin remeh dan menarik bibirnya keatas, menampilkan seringaian senyum mengejek. Ia mulai mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.
“Oh, jadi lu ngehancurin pertungan dan project yang lagi gue garap cuma demi belain Dion? Gila sih, cuma demi cowok yang mau ngangkang sama siapa aja lu sampe tolol kayak gini, apa lu udah ketagihan sama permainan ranjangnya? Emang sih, Dion kalo udah di ranjang liar banget.”
BUGHHHHH
Calvin kembali melayangkan tinjuannya, sialan berani-beraninya Jade mengatai kekasihnya.
“Lu nggak terima? Apa jangan-jangan lu belum pernah ngerasain lubang nya?”
“Diem brengsek!”
BUGHHHH
Lagi. Calvin melayangkan tinjunya pada muka Jade yang sudah babak belur dan penuh darah.
“Orang kayak Dion tuh cuma bakal nyakitin elu aja Vin. Dia cinta sama lu atau nggak juga nggak ada yang tau.”
Calvin mulai menarik bibirnya keatas, menampilkan seringaian senyum mengejek. Membuat darah Jade semakin mendidih.
“Dion emang cinta sama gue. Lu yang nggak tau apa-apa tolol.”
BUGGGH!
Satu pukuluan kuat Jade layangkan ke rahang kiri Calvin. Dia beneran gak terima sama tingkah laku pongah sepupunya.
Calvin terhuyung ke meja kecil yang berhiaskan vas, bikin vas tersebut ikut jatuh dan pecah. Semua orang yang ada di taman belakang ikut masuk begitu mendengar suara vas pecah.
“JADE KENAPA SI——– ASTAGA CALVIN.”
Sang Oma mulai menghampiri cucu sulungnya yang sudah memar di bagian pipi atas, akibat pukulan kuat si bungsu. Sedangkan Januar sudah bergerak cepat menahan Jade yang hendak mendekat.
“LU BERANI DEKETIN DIA LAGI, GUA BIKIN SEMUKA-MUKA LU ANCUR.”
“Kenapa? Takut kalah lu? Takut dia balikan lagi sama gue?”
“BANGS—”
“UDAH!”
Suara teriakan Oma mulai menggelegar ke seluruh penjuru rumah. Membuat keduanya hanya bertatapan nyalang, mengirimkan pesan lewat netra bahwa mereka benci satu sama lain.
“KALIAN INI BERSAUDARA! APA YANG KALIAN RIBUTKAN SAMPAI HARUS BERTENGKAR SEPERTI INI. CALVIN KAMU NAIK KE KAMAR.”
Calvin mulai balik badan, mengikuti perintah Omanya untuk hendak kembali ke kamar sebelum tiba-tiba ia kembali membalik tubuhnya menghadap Jade. Seringaian senyumnya kembali terlihat mengejek.
“Ah satu lagi jade, lu gausah ngajak gue saingan. He doesn't love you anymore, kalau lu lupa. Jadi, lu bakal kalah sebelum mulai.”
Calvin mulai berjalan menjauh dari Jade, menaiki tangga dan hendak meninggalkan lantai bawah. Sebenarnya dia belum puas tapi dia juga sudah berjanji pada Dion kalau dia tidak akan melakukan kekerasan fisik pada Jade.