KAMAR

⚠️ tags: slight 🔞 ⚠️

Begitu melihat Diyo tersungkur, Chandra langsung berlari mendekat. Melihat kondisi laki-laki mungil yang semakin hari semakin mencuri perhatiannya.

Diyo langsung meringis kesakitan saat Chandra menyentuh pergelangan kakinya, hal tersebut tentu saja membuat teman-temannya panik karena takut terjadi apa-apa, tujuan mereka kesini untuk bersenang-senang bukan untuk mencari penyakit.

“Sakit banget?”

“Nggak terlalu sih.”

“Bisa berdiri?”

Diyo mencoba berdiri, tapi justru sebuah rintihan kesakitan yang keluar dari mulutnya.

“Aw... Ahhh.”

Tanpa ba-bi-bu Chandra langsung menggendong Diyo ala bridal style, masa bodoh dengan apa yang orang lain pikirkan dia tidak perduli.

“Kalian lanjut main aja.” Ucap Chandra pada teman-temannya yang mungkin kaget dengan apa yang baru saja mereka lihat.

Sagara mengikuti Chandra yang menggendong kakaknya dari belakang.

“Lu ngapain sih gendong gue kayak gini? Malu-maluin aja.”

“Ditolongin bukannya makasih malah ngatain lu.” Itu Sagara yang menjawab.

“Nggak apa-apa Ga, kakak lu emang begitu.”

“Bener bang, kasar emang dia mah.”

Kalau tidak ingat rasa nyeri pada pergelangan kakinya, Diyo sudah turun dari gendongan Chandra untuk mentakol adiknya.

Chandra berbisik pada Diyo. “Kalo lu malu, sembunyiin aja muka lu di leher gue.” Yang dijawab oleh Diyo lewat bisikan lagi. “Itu sih mau lu.”

Suara tawa Chandra membuat Sagara bingung, juga penasaran dengan apa yang baru saja mereka bisikan. Ia ingin bertanya tapi sungkan, akhirnya memilih untuk diam.

“Lu, nggak papa gue tinggal sendirian di kamar?” Tanya Chandra setelah meletakkan Diyo di kasur.

“Nggak, apa-apa kali, gue udah gede.”

Dengan entengnya Chandra bertanya. “Apanya yang gede?” Yang langsung mendapatkan delikan horor dari Diyo, tapi dibalas tawa oleh si lelaki jangkung.

Sedangkan Sagara dia menyesal sudah mengikuti dua makhluk ini ke kamar. Walaupun kakak dan Abang baru favoritnya tidak mengatakan apapun ia bisa merasakan kalau ada sesuatu yang lebih diantara mereka, tapi ia tidak mau ikut campur urusan pribadi kakaknya karena ia yakin kakaknya sudah tahu mana yang salah dan mana yang benar.

“Ya udah kalo lu nggak apa-apa gue turun lagi kebawah, kalo ada apa-apa chat gue aja langsung.”

“Hush hush hush sana lu pergi, lu juga Chan.” Usir Diyo pada dua makhluk tiang yang ada di kamarnya.

“Ga, lu turun duluan aja. Gue mau ganti baju dulu, so'alnya tadi Catur ngajak selancar bareng.”

“Oke bang.”

Setelah Sagara keluar, Diyo langsung merebahkan dirinya sambil bermain ponsel menghiraukan Chandra yang sedang membongkar tasnya mencari baju renang yang akan dipakai untuk berselancar dengan Catur.

“Iyo.”

“Kenapa?” Jawab Diyo tanpa melirik kearah Chandra sama sekali.

“Bantu olesin Sunscreen di punggung gue dong.”

Diyo mengernyitkan dahinya bingung, ia tidak pernah tahu ada orang yang mengoleskan sunscreen sampai ke punggung. Saat ia mengalihkan pandangan ke Chandra, Diyo terkejut karena langsung di hadapkan pada punggung lebar dan tegap Chandra yang sudah duduk diatas kasur.

“Lu pake sunscreen sampe punggung?” Tanya Diyo bingung.

“Biar punggung gue nggak belang.”

Diyo mengambil Sunscreen milik Chandra, menaruh isinya ke telapak tangan lalu mengoleskan ke punggung atas Chandra.

“Terus kalo nggak ada orang gimana caranya lu make sunscreen sampe ke punggung?” tangan Diyo menarik kedua bahu Chandra agar badan lelaki itu tegap, bukan hanya punggung, Diyo bahkan mengoleskannya di bahu dan leher.

“Biasanya kalo nggak ada orang ya sekenanya tangan gue aja sih Yo. Dan berhubung disini ada lu yang lagi nganggur ya apa salahnya kan minta tolong sama lu.” tangan Diyo yang tadinya sedikit memijat entah disengaja atau tidak berubah menepuk-nepuk punggung atas Chandra dengan cukup keras.

“Anjir sakit.”

“Biar meresap sampe ke sumsum tulang belakang.”

Acara tepuk menepuk itu tidak lama dan berganti ke usapan-usapan lembut seperti semula. Saat tangan Diyo mulai turun ke pinggul Chandra, sang empunya menggigit bibirnya, “ah— geli, Yo.”

“Apaan sih anjir, baru juga gue pegang.” Diyo mulai mengoleskan dan sedikit memijat agar sunscreen menyerap dengan sempurna.

Diyo melempar botol sunscreen ke Chandra, “udah.”

“Dadanya juga dong sekalian, Yo.”

“Kedua tangan lu masih sempurna ya Chan, nggak usah ngadi-ngadi. Pake sendiri.”

“Kalo bantuin tuh jangan setengah-setengah Yo, lagian tangan lu kan udah kena sunscreen ini.”

“Nggak sekalian muka lu juga?”

“Boleh “

“Bangsat.”

Diyo kembali mengambil botol sunscreen yang tadi sempat dilemparnya, walaupun dengan muka cemberut, sedangkan Chandra tersenyum karena ia menang. Ia mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Diyo.

Pertama-tama, Diyo mulai mengoleskan di dahi, turun ke hidung, pipi, dagu dan leher.

“Merem.”

“Nggak mau, kapan lagi liat lu sedekat ini.”

Sial. Bisa-bisanya Diyo salah tingkah dengan kalimat menjijikn Chandra.

Setelah selesai dengan wajah, Diyo mulai mengoleskan sunscreen di kedua tangan Chandra, saat memegang lengan atas Chandra ia meneguk ludah kasar, diyo dapat merasakan betapa kerasnya otot-otot yang Chandra yang miliki. Dia juga laki-laki tapi bentuk tangannya jelas jauh berbeda dengan Chandra yang otot-otot lengannya terlihat sangat jelas. Ditambah dengan tatto yang kata Chandra sih bukan permanen tapi tetap saja berdamage parah.

Kini beralih ke bagian dada. Saat tangan Diyo berada di dada Chandra, ia bisa merasakan betapa bidangnya dada sang ketua UMM. Ia meneguk ludahnya kasar, badannya merasakan hawa panas secara tiba-tiba.

“Majuan dikit.”

Chandra menurut.

Tangan Diyo semakin turun kebawah dan ia baru sadar kalau Chandra memakai celana dibawah pinggul hingga pelvisnya terlihat, ternyata dari bawah pusar sampai bawah milik Chandra ada garis kecoklatan yang membuat Diyo tidak bisa berhenti untuk melihat. Dan tubuhnya semakin merasakan hawa panas.

“Ngeliat apa lu?”

“Nggak liat apa-apa.”

Chandra tersenyum miring tanpa sepengetahuan Diyo. Rencananya berhasil, ia memang sengaja melakukan ini semua. Ia ingin memastikan apakah Diyo tertarik pada laki-laki seperti perkiraannya atau tidak. Dan setelah melihat reaksi Diyo yang mau-mau saja disuruh ini itu olehnya, reaksi Diyo yang salah tingkah dan malu-malu, Chandra yakin kalau Diyo tidak masalah dengan hubungan sesama pria.

“Badan lo bagus Chan, padet banget.” Ucap Diyo dengan sedikit menekan Dada Chandra. Menyentuh satu persatu kotak-kotak yang ada di perut Chandra membuatnya semakin merasakan gelenyar aneh yang mengalir di tubuhnya.

“Iyalah gue kan rajin olahraga nggak kayak badan Lo yang....” Chandra menganggntunkan perkataannya

“Yang apa? Lemak semua???”

“Nah tau.” Diyo meremas dada Chandra tiba-tiba.

“Body shaming lo.”

Walaupun kesal Diyo tetap melanjutkan kegiatannya.

“Udah nih tinggal bagian kaki. Anjir gue kayak tukang urut.”

“Jadi tukang urut pribadi gue mau? Tapi urut yang lain.”

Melihat Chandra menyunggingkan senyum membuat Diyo mengerti apa yang dimaksud oleh lelaki itu, tapi Diyo lebih memilih untuk mengabaikan nya.

“Munduran, terus lurusin kaki lo.”

Dan pemandangan yang tidak terduga terlihat olehnya, ia bisa melihat ada yang menyembul dari balik celana renang yang dikenakan Chandra. Entah disadarinya atau tidak tapi dalam pikiran Diyo saat ini ia berpikir kalau milik Chandra pasti besar.