“Kok lo tiba-tiba ada didepan RS?” Tanya Diyo begitu masuk kedalam mobil.
Bukannya menjawab, Chandra malah balas bertanya. “Kok lo nggak langsung ngegeplak gue lagi?.” Diakhiri dengan suara tawa yang menjengkelkan dan membuatnya mendapatkan satu tabokan manis dari Diyo. “Nih, udah dapet.”
“Bener-bener ya lu, Yo.”
Diyo, mengedipkan bahunya menanggapi perkataan Chandra.
“Kita mau kemana?.” Tanya Chandra sembari menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau dan masuk ke jalan besar nantinya.
“Nggak tau gue.”
“Kosan gue gimana?.”
“Oke.”
Chandra mulai melajukan mobilnya menuju kosan yang sudah dua tahun terakhir ini di tempati nya.
“Mau play musik nggak?.”
“Jauh emang kosan lo?.”
“Nggak sih.”
“Ya udah nggak usah.”
“Kalo gitu lo jangan diem aja biar nggak sepi.”
“Ya ini kan kita lagi ngobrol, Chandra.”
“Hahahaha.”
“Lo benera ngejemput gue?.”
“Nggak, kebetulan lewat aja.”
“Emang lo mau kemana?.”
“Mau ngejemput Sekre UMM.”
“Ga jelas lo.”
Chandra bilang kosannya tidak begitu jauh tapi sudah setengah jam lebih berkendara masih belum sampai juga. Diyo sekarang diam karena ia sudah merasa capek untuk berbicara. Suara dering ponsel Chandra terus terdengar dari beberapa menit yang lalu, tapi sang pemilik menghiraukan nya dan tetap fokus menyetir membuat Diyo yang tadinya fokus menatap kedepan beralih kearah sebelah kanannya dimana ada Chandra yang fokus menyetir dengan kedua tangannya.
“Hp lo bunyi terus, angkat kenapa.”
“Gue nggak bawa earbuds, biarin aja.”
“Gue bantu tempelin di telinga lo”.
“Oh oke, kalo gitu. Bantu ambilin di kantong celana sebelah kanan gue dong.”
Diyo menurut, dia mencondongkan badannya kearah Chandra dan mencoba mengambil di dalam kantong celana Chandra yang masih terus berdering.
Tangan Diyo tidak sengaja menyentuh selangkangan Chandra akibat sang pengemudi menginjak pedal rem tiba-tiba karena ada anak-anak yang begitu saja menyebrang jalan hingga membuat Diyo kehilangan keseimbangan dan berujung membuatnya berada diposisi yang awkward.
Diyo menatap wajah Chandra yang sedikit berada diatasnya dengan tangan nya masih diposisi yang sama seperti tadi, wajahnya tiba-tiba terasa panas tanpa sebeb yang jelas.
“Tangan lo betah disitu?.” Diyo mengerjapkan mata bulatnya hingga tampak semakin lucu dengan semburat merah samar yang mulai menghiasi pipinya. Ia menunduk melihat dimana tangannya berada lalu langsung menjauh dan duduk ditempatnya dengan benar, menghindari Chandra dan memilih melihat pemandangan dari jendela yang ada disebelahnya.
“Lo.... Lo bisa ambil hp Lo sendiri, iya kan sekarang kan udah berhenti.”
Diyo tidak melihat kalau saat ini Chandra sedang tersenyum melihatnya yang salah tingkah.
Ternyata itu adalah telfon dari ibunya yang menanyakan kenapa ia datang ke rumah sakit tapi tidak menemuinya?.
Setelah selesai Chandra lanjut mengemudikan si silver kesayangannya menuju tempat kos nya berada dengan situasi yang canggung tentunya.