KOSAN CHANDRA


⚠️ Tag: kissing ⚠️


Bagus sekali.

Baru saja mereka memasuki area parkiran kosan Chandra, hujan langsung turun dengan derasnya. Baik Chandra maupun Diyo tidak ada yang membawa payung karena melihat prakiraan cuaca hari ini memang terang dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan lebat seperti saat ini.

Kamar kost Chandra berada paling ujung hingga membutuhkan waktu dan jarak yang lumayan untuk sampai kesana dan mereka berdua akhirnya memutuskan untuk merobos derasnya air hujan yang datang tanpa diundang tersebut.

Namun Diyo tidak merasakan air hujan membasahi tubuhnya saat ia berlari menerobos derasnya hujan hingga kemudian menyadari kalau Chandra menggunakan jaket denimnya untuk memayungi Diyo dan membiarkan dirinya sendiri basah kuyup diguyur hujan. Diyo berhenti dan menatap Chandra sejenak, “Apaan sih lo Chan, drama banget.”

“Ya elah, pake protes segala. Udah buru lari.”


Kamar kost Chandra cukup rapih dan wangi untuk seorang mahasiswa yang banyak kegiatan dan tugas, sulit untuk meluangkan waktu untuk bersih-bersih sebenarnya. Kamarnya tidak besar, tapi terlihat luas. Ada tempat tidur yang menyatu dengan dapur sekaligus ruang tamu. Ruang makan dan tempat belajar juga karena Diyo melihat ada meja lipat multi fungsi yang terletak tak jauh dari tempat tidur.

Tak lama Chandra keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih meneteskan tetes-tetes air dan baju yang lebih santai. Kaos hitam polos dipadu celana pendek selutut berwarna senada. Untuk sekejap, Diyo cukup terpana dengan penampilan Chandra. Tapi dia dengan cepat mengembalikan akal sehatnya. Karena sangat tidak mungkin dia menyukai lelaki saat di luar sana masih banyak perempuan cantik.

“Yo, lo mau minum apa?.”

“Air putih aja, Chan.”

“Yah... Galon gue abis, Yo. Adanya Cola doang, mau?”

“Ya kalo gitu ngapain tadi lu nanya? Tinggal bilang aja 'Yo, mau Cola nggak?' gitu.”

“Hehehehe, jadi nggak mau nih?”

“Nggak lah, gila aja lu dingin-dingin minum Cola. Udah buruan kita bahas revisi proposalnya aja.”

Diyo sudah duduk di depan meja menatap tulisan-tulisan di laptopnya dengan Chandra yang duduk sangat mepet di sebelahnya, bahkan bahu mereka saling bersinggungan karena Chandra juga harus melihat tulisan-tulisan di layar laptop tersebut.

“Yo, parfume lu wangi banget.”

“Nyengat banget ya wangi parfume pgue?”

“Nggak sih, tapi wanginya kayak cewek.”

“Ngaco. Mana ada wangi kayak cewek atau cowok.”

Chandra tertawa sebelum lanjut fokus menatap layar datar menyala yang ada di depan mereka.

“Ini... Bagian ini hapus aja Yo, ini cuma pengulangan kalimat lo di atas tadi.” Ucap Chandra menunjuk deretan kalimat yang dia maksud dan Diyo segera menghapusnya sesuai arahan Chandra tadi.

“Terus bagian ini ubah jadi....”

Chandra mengoreksi beberapa proposal yang Diyo buat hingga membuatnya haus. Begitu juga dengan Diyo yang merasa matanya mulai panas karena terus menatap layar datar dihadapannya lebih dari dua jam. Badannya juga terasa pegal karena berada di posisi yang sama untuk waktu yang cukup lama. Tapi masih banyak proposal lain yang masih harus diperiksa bersama.

Chandra akhirnya kembali dengan dua kaleng Cola dingin di tangannya.

“Lu laper nggak?” Tanyanya pada Diyo yang sedang meregangkan badan hingga membuat kaus yang digunakannya sedikit terangkat dan memperlihatkan sedikit kulit perut Diyo yang putih, mulus dan sedikit membuncit. Terlihat sangat menggemaskan.

“Laper sih, tapi masih hujan deres kalo gofud kasian Abang kurirnya. Pergi sendiri juga males.”

“Ada ramen, mau nggak?”

“Lu mau bikinin?”

“Nggak. Mau jualan gue.”

“Hahahaha.”

“Mau nggak?”

“Nggak deh Chan, bulan ini gue udah makan mie instan.”

“Ya udah nih, lu minum Cola aja.” Tawar Chandra. Lalu mendorong sekaleng Cola yang belum dibukanya mendekat ke arah Diyo.

“Gue nggak suka Cola dan kok ada ya orang macem lo yang dingin-dingin gini malah minum Cola dingin, nggak deh makasih Chan.”

“Picky banget lo ya, Yo. Root bear minum tapi Cola nggak.”

“Lo tau nggak kenapa orang Amerika banyak yang obesitas? Karena mereka terlalu banyak ngonsumsi junkfood dan minuman bersoda. Lo tuh anak kesehatan tapi life style nya jelek banget.” Cerca Diyo yang membuat Chandra kesal dan ingin meraup bibir Diyo yang terus berbicara dengan tangannya atau mungkin bibirnya?

“Minum sekaleng Cola nggak bakal bikin lo gemuk atau mati keesokan harinya, Diyo Argantara.”

“Oke-oke gue minum. Tapi ntar gue angkat telfon dari adek gue dulu.” Jawab Diyo yang akhirnya mengalah, menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan 'Agar-agar Calling'.

Sementara Diyo keluar untuk berbicara dengan adiknya, sebuah pikiran jahil merasuki otak cemerlang Chandra. Ia mengambil kaleng berwarna merah itu lalu mengocoknya kuat-kuat. Begitu mendengar suara langkah mendekat ia menghentikan aktivitasnya dan kembali menaruh kaleng berwarna merah ke tempat semula.

Diyo mengambil kaleng berwarna merah yang sudah disediakan Chandra untuknya lalu.....

CRATHH!

Semburan Cola keluar dari kaleng yang berada ditangan Diyo dikarenakan tekanan udara yang kuat. Otomatis membuat wajah Diyo basah, ia tersentak kaget atas cairan yang membasahi wajahnya sedetik setelah ia membuka kaleng itu.

Disisi lain, ledakan tawa bahagia keluar dari mulut Chandra.

Rencananya 612% berhasil.

“Ahahahahahahaha.... Hahahahaha..... Hahahaha lo harusnya liat muka lo tadi Yo, sumpah kocak banget. Hahahaha.” Ucap Chandra sembari memegangi perutnya dan menepuk-nepuk lantai dimana ia meringkuk sambil tertawa sekarang.

Diyo tidak mau kalah, ia mengambil kaleng kosong bekas Chandra tadi lalu melemparnya ke arah sang ketua organisasi nya itu.

STRIKE!!!!

Sebuah kaleng mendarat dengan mulus di kening indah dan mempesona milik Chandra.

“Ooops... Sorry, nggak sengaja.” Ucap Diyo dengan menutup mulutnya menggunakan sebelah tangan. Dengan wajah yang dibuat-buat menyesal dan itu membuat Chandra kesal.

“DIYO ARGANTARA!!!!”

Diyo yang merasa terancam langsung berniat melarikan diri. Tapi naas, kakinya langsung ditarik Chandra begitu saja hingga membuatnya oleng dan jatuh di atas tempat tidur Chandra.

“Kena Lo ya!” Seru Chandra. Kedua tangannya kini beralih menggelitiki badan Diyo, hingga membuat pemuda berkacamata itu gelonjotan tidak jelas karena rasa geli yang dirasakannya dibarengi dengan suara tawa yang keluar dari mulut keduanya yang saling bersahutan.

“Hahaha... Ampun Chan, ampun, hahahaha gue cuma bercanda Chan, hahahah Chandra geli.” Pinta Diyo yang diabaikan oleh Chandra.

Setelah dirasa cukup akhirnya Chandra mengehentikan aksinya membuat Diyo lega, tapi nafasnya masih sangat memburu. Posisi mereka yang teramat dekat mengakibatkan mereka berdua bisa merasakan deru nafas masing-masing.

Chandra memperhatikan Diyo yang berada di bawahnya, masih dengan nafas memburu. Diyo yang berada di depan matanya saat ini benar-benar terlihat sangat manis. Ia sangat menikmati pemandangan yang ada di depannya saat ini.

Chandra mendapati sebagian hatinya sangat bersemangat dan wajahnya seketika memerah. Bersama dengan itu detak jantungnya berdetak berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya. Ia tidak tahu apa yang sebenernya terjadi saat ini, satu hal yang pasti ia ingin melihat wajah Diyo lebih dekat lagi.

Lebih dekat lagi.....

..... Lagi.....

— dan lebih dekat lagi....

Hingga ia akhirnya memiringkan kepala dan mendaratkan bibirnya pada bibir pemuda yang ada dibawahnya. Hal itu sontak membuat mata Diyo menjadi lebih bulat dari sebelumnya.

APA YANG DILAKUKAN SI KETUA UMM SAAT INI!!!! Teriak Diyo dalam hati. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya ada didalam otak Chandra hingga bisa berlaku seperti itu. Perasaan malu, kesal, tapi penasaran berbaur menjadi satu di dalam pikirannya.

Chandra melumat bibir atas dan bawahnya bergantian. Dengan lembut dan tidak terburu-buru. Tapi Diyo tersentak kaget saat ia merasakan sebuah lidah masuk kedalam mulutnya tanpa permisi. Sedetik kemudian ia merasakan sesuatu yang manis dan berbau seperti Cola?

Sadar atau tidak Diyo mulai menikmati cumbuan yang diberikan oleh Chandra. Sang dominan tersenyum mendapati respon Diyo yang lebih dari ekspektasi nya. Lelaki mungil itu mengaitkan tangannya di leher Chandra, mencoba memperdalam ciuman mereka.

Kebutuhan oksigen membuat Chandra melepas ciuman mereka. Chandra tahu ia masih kuat bertahan untuk beberapa menit lagi tapi ia merasakan ciuman Diyo yang mulai melemah dan dia yakin Diyo butuh asupan oksigen saat itu juga. Sebelum mengakhiri ciuman panasnya, Chandra memberikan satu kecupan di bibir Diyo yang mesih sedikit terbuka. Dan satu hal baru yang Diyo ketahui kalau rasa Cola bisa semanis ini.

“Gimana rasa Cola nya?” Tanya Chandra sambil tersenyum menatap Diyo yang masih mengatur nafas.

“Mmmm.... Nggak tau, tadi kaget banget jadi nggak ngerasain apa-apa.” Diyo menjilat bibirnya, dan balik menatap Chandra yang juga menatapnya.

“Kayaknya harus coba lagi deh, supaya tahu gimana rasanya.” Lanjut Diyo, dengan sebuah smirk di akhir kalimatnya.

“Ide bagus.” Jawab Chandra. Yang tak lama sudah mulai memakan bibir Diyo lagi.