“Tutup dulu laptop lu, makanan nya udah dateng.”

“Nggak laper gue.”

Chandra mengunyah sisa makanan yang masih ada didalam mulutnya sebelum kembali berdebat dengan Diyo yang duduk disebelahnya.

“Ya kalo lu nggak laper ngapain lu mesen makanan?.”

“Lu yang persen bukan gue.”

“Emang tadi lu abis makan apaan sampe nggak laper?.”

“Bawel banget sih lo, mending lo makan aja udah nggak usah ngurusin gue. Kalo laper gue pasti makan.”

Tarikan nafas kasar Diyo terdengar jelas ditelinga lebar Chandra, tapi lelaki itu mengabaikan dan memilih untuk melanjutkan acara makan nya karena Diyo sendiri yang tadi bilang untuk tidak mengurusi urusannya.

“Awww... Ssssshhhh”

Suara rintihan sekaligus desisan dari arah sebelah kanannya cukup membuat Chandra berpaling dari piring nya dan melihat kearah Diyo yang sedang menutup mulut menggunakan telapak tangannya. Chandra baru ingat kalau kemarin Diyo ijin tidak mengikuti rapat karena harus melakukan pemeriksaan gigi.

“Gigi lo Ngilu?.”

Diyo mengangguk.

“Kemaren behel lo habis dikencengin?”

Diyo menganggukkan kepalanya lagi.

Setelah mengajukan dua pertanyaan tadi, Chandra langsung pergi kearah kasir dan tak lama datang dengan segelas air putih hangat. Ia mengambil root bear yang tadi sempat diminum oleh Diyo dan menukarnya dengan air hangat yang baru dibawanya.

“Minum ini aja.” Ucapnya santai dengan meletakkan segelas air bening dihadapan Diyo, sementara ia sendiri meminum minuman bekas Diyo seolah mereka sudah kenal lama dan sangat dekat hingga berbagi gelas yang sama adalah suatu hal yang wajar.

Diyo mengabaikan hal tersebut, ia tak mau ambil pusing. Mungkin saja Chandra orang yang seperti itu, orang yang tak mempermasalahkan berbagi makanan satu sama lain. Ia mulai meminum air hangat yang ada dihadapannya.

“Napa lo? Kok geleng-gelengin kepala?.”

“Nggak.”

“Oh...”

“Tapi emang lo nggak jijik minum minuman bekas gue?.”

Chandra tertawa sebelum menjawab, “jangan-jangan lo geleng-gelengin kepala gara-gara mikir kalo tadi kita ngelakuin indirect kiss?”

Diyo terdiam dengan tatapan sinis yang ia arahkan untuk Chandra yang masih tertawa dan menyuwir-nyuwir ayam yang harusnya sih menjadi porsi milik Diyo.

“Jadi Lo beneran mikir kalo kita ngelakuin indirect kiss?? Hahahahahaha ada-ada aja lo, kita nggak boleh buang-buang makanan lagian kan baru lo minum seteguk ini, ya kali harus dibuang.”

“Ya kan lo bisa lap pinggiran gelasnya dulu.”

Chandra tersenyum menatap Diyo. Alih-alih memberi jawaban atas pertanyaan yang ditujukan padanya ia justru memberikan piring dengan ayam yang sudah di suwir-suwir dan lebih mudah untuk dimakan pastinya.

“Pake hands sanitizer dulu baru makan.”

Diyo tidak mengerti dengan semua perlakuan si ketua UMM padanya, mereka tidak dekat kenapa lelaki calon dokter ini sangat perhatian padanya? Tanpa mengatakan giginya sakit untuk sekedar mengunyah makanan dia dengan suka rela menyuwir-nyuwir ayam untuknya.

“Gue tau gue ganteng, tapi jangan ngeliatin gue mulu, kalo lu jatuh cinta gue yang repot.”

Narsis. Hal baru yang baru Diyo ketahui dari diri seorang Chandra Shangkara. Ia mengabaikan ucapan tidak penting Chandra dan mulai memakan makanannya setelah tadi mengucapkan kata terimakasih. Dengan perlahan Diyo mulai mengunyah makanannya walaupun rasa ngilu tetap masih sangat mendominasi mulut, tapi ia tidak enak kalau tidak memakannya apalagi tadi Chandra sudah repot-repot menyiapkan hal ini supaya ia bisa makan kan?.

Chandra juga melanjutkan memakan sisa nasi dan ayam goreng yang ada dipiring nya. Sesekali ia menoleh kearah Diyo yang beberapa kali terdengar desisan ngilu, tapi tetap berusaha mengunyah makanannya.