Zone the Confort
Kyungsoo terbangun karena sebuah usapan tangan besar di pipinya. Ia mengerjakan mata. Menyesuaikan cahaya menyilaukan yang masuk ke retina.
Chanyeol menahan senyum melihat Kyungsoo yang menengokkan kepalanya ke kanan kiri kebingungan. Hal terakhir yang diingatnya dia tertidur di kamar jongdae hyung nya, tapi kenapa sekarang dia berada didalam mobil bersama kekasihnya?
“Putri tidur sudah bangun?”
Sebuah sapaan ringan dari telapak tangan Kyungsoo menyapa lengan Chanyeol, membuatnya sedikit mengaduh akibat cubitan maut dari Kyungsoo.
“Laper nggak?”
Kyungsoo masih diam. Dia masih menikmati wajah tampan kekasihnya yang sedikit tidak terurus. Kumis tipis-tipis yang terlihat sangat jelas, bekas luka disekitar dagu yang kemungkinan diakibatkan karena bercukur terburu-buru, kantung mata yang sudah mengalahkan mata panda tapi tetap terlihat tampan dan menawan di mata Kyungsoo hingga enggan untuk berhenti menatap nya.
Chanyeol tahu Kyungsoo memandangi nya. Ia menggenggam sebelah tangan Kyungsoo dan mencium nya beberapa kali. Chanyeol memalingkan kepala kearah kanannya dan mendapati Kyungsoo sedang tersenyum bahagia hingga bibir nya membentuk hati yang sempurna.
Baru saja Chanyeol melepaskan injakan pada pedal rem nya karena lampu merah yang mengharuskan nya berhenti. Ia langsung di kaget kan oleh Kyungsoo yang beralih duduk di pangkuannya.
“Love, aku sedang menyetir”
“Aku tahu”
“Duduk dipangkuan ku seperti ini akan sangat berbahaya, kembali duduk di tempat duduk mu okay?”
“Tidak mau, duduk di sana dingin. Enakan disini, anget. Lagian mobil ini self driving”
“Love...”
“Hm?”
Kyungsoo mulai mencium, menjilat bahkan mengigit dan membuat tanda di leher Chanyeol yang sudah tidak bisa duduk dengan tenang.
“Apa yang sedang kau lakukan?”
“Kith kith hehe.”
Kyungsoo semakin menempelkan inti tubuhnya dan menggesek nya dengan milik Chanyeol yang mulai mengeras.
Handphone Chanyeol terus bergetar dari beberapa menit yang lalu. Kyungsoo maupun Chanyeol tentu mengabaikan handphone yang berada di saku celana jeans Chanyeol yang saat ini terduduki oleh Kyungsoo.
“Aishhhhh handphone mu sangat menyebalkan”
Kyungsoo menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Chanyeol. Menghentikan semua aktivitas menyenangkan nya dan mengambil benda yang menurutnya menyebalkan tersebut.
Kyungsoo terkejut begitu melihat pesan masuk yang diterima kekasihnya. Ia meminta Chanyeol menepikan mobilnya lalu memeluk Chanyeol sangat erat.
“Love, ada apa? Kamu kenapa, hm?”
Chanyeol jelas saja bingung dengan perubahan emosi Kyungsoo yang begitu cepat.
Mobil mereka sudah menepi tapi Kyungsoo masih enggan bersuara. Ia hanya menyerahkan ponsel chanyeol kepada pemiliknya.
“Nggak mungkin, love... Ini mereka pasti lagi ngeprank aku kan?” Tanya Chanyeol pada Kyungsoo yang semakin mengeratkan pelukannya.
Pecah. Air mata nya keluar begitu saja. Chanyeol memang sangat membenci ayahnya tapi sebenci apapun dia tetap sosok ayah yang dulu pernah ia kagumi. Sosok ayah yang di lubuk hati terdalam nya sangat ia sayangi. Satu-satunya ayah dan keluarga yang ia miliki di dunia ini.
Kyungsoo senantiasa memberikan tepukan dan usapan halus pada punggung Chanyeol yang bergetar. Ia juga tidak tahu harus mengatakan apa untuk menenangkan Chanyeol. Yang bisa ia berikan saat ini hanya sebuah pelukan dan bahu untuk bersandar.
“Kita harus kerumah sakit”
“Turunlah, biar aku yang menyetir”
“Love..”
“Aku tidak akan membiarkan mu menyetir dalam keadaan seperti ini yeolie”
Kyungsoo menatap wajah Chanyeol sebelum ia turun. Mengusap sisa air mata di wajah kekasihnya.
“Entah akan baik-baik saja atau tidak, aku akan selalu di sisi mu.”
Chanyeol langsung keluar dari mobil dan berlari setelah mereka sampai di rumah sakit. Berlari dengan segenap kecepatan yang ia miliki untuk menuju ruangan yang diberitahu Sehun tadi tanpa harus bertanya pada resepsionis. Mengabaikan tatapan aneh beberapa orang yang ditujukan padanya. Mungkin itu orang-orang yang sudah melihat aksinya dan Kyungsoo di ranjang.
Chanyeol segera sampai didepan salah satu ruangan dan begitu masuk langsung terlihat Ibu tirinya yang duduk di samping ranjang ayahnya yang sudah tertutup kain putih.
“Bisa tinggalkan kami berdua” Ucap Chanyeol pada Ibu tirinya.
Kini hanya ada dia dan ayahnya di dalam ruangan ini. Chanyeol berjalan mendekat ke ranjang ayahnya. Menarik turun kain putih yang menutupi wajah ayah nya.
Menyesal. Kalau saja ia tahu ini hari terakhir ia bisa bertemu ayahnya sudah pasti dia akan pulang dan menemui ayahnya. Sudah pasti dia tidak akan mendebat perkataan ayahnya.
Chanyeol menangis tanpa suara. Badannya bergetar memeluk ayahnya yang sudah terbujur kaku.
“Ayah, bukan kah ada yang ingin kau bicarakan dengan ku? Kenapa tidak menunggu ku? Sekarang aku datang jadi bangun lah dan katakan apa yang mau kau katakan padaku, atau marahi aku, teriaki aku seperti biasanya. Apa kau sudah muak dengan ku hingga pergi meninggalkan ku seperti ini? Ayah ku mohon bangun lah, walaupun kau sangat menyebalkan tapi aku jauh lebih suka kau yang membuatku sebal bukan hanya diam dan berbaring disini”
Chanyeol cukup lama menangis dalam pelukan ayahnya.
Ia menghela nafas, berusaha menghentikan air matanya walaupun susah. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kematian ayahnya yang terlalu mendadak. Apalagi kalau memingat detail kasus yang sedang ia tangani, ayahnya besar kemungkinan menjadi salah satu target si pembunuh. Chanyeol yakin kematian ayahnya adalah hal yang di rencanakan.
Ia keluar dari ruangan dan mendapati Kyungsoo yang sudah berdiri menunggu nya.
Chanyeol mengatakan apa yang ada di dalam pikiran nya, ia ingin melakukan autopsi terhadap jasad ayahnya tapi ibu tirinya tidak setuju. Menurutnya itu menyakiti tubuh suaminya.
“Apa maksudmu tidak membolehkan ayahku di autopsi, hah?!” Chanyeol meninggikan bada bicaranya, ia lupa sedang berada dimana sekarang.
“Chanyeol tenang lah, jangan emosi seperti ini” Kyungsoo berusaha mereda emosi Chanyeol yang semakin meledak.
Tapi sepertinya ia gagal. Adu mulut antara Chanyeol dan ibu tiri nya justru semakin memanas.
“Apa kau tahu kalau ayah mu mengidap penyakit jantung? Tentu saja kau tidak tahu. Kemarin ayahmu memintamu pulang tapi kau pergi kemana? Kau tidak pernah mau mendengarkan omongan nya, kau tidak pernah mau tahu tentangnya dan sekarang kau seenaknya mau membedah badan suamiku? Tidak akan ku biarkan”
Chanyeol mengeratkan genggaman tangannya, nafasnya memburu. Perkataan ibu tirinya tentang dia yang tidak mau mendengarkan ayahnya memang benar tapi tentang dia yang tidak mau tahu tentang ayahnya itu salah.
“Aku anaknya. Jadi aku lebih berhak memutuskan. Dan kenapa kau tidak mau ayah di otopsi? Apa kau membunuhnya?”
Plakkk
Sebuah tamparan di dapatkan oleh Chanyeol.
“Jaga mulut mu. Dan harusnya kau sadar, kau lah yang membunuh ayah mu, kalau saja dia tidak shock akibat video sex mu yang tersebar di sosial media saat ini dia masih hidup”
Chanyeol kehabisan kata-kata. Dia memang anak yang tidak berguna, anak yang selalu membuat marah ayahnya bahkan sampai nafas terakhir ayah nya.
“Aku hanya ingin dia pergi dengan tenang tapi benar katamu, kau anaknya jadi kau lebih berhak terhadap ayahmu. Lakukan semua yang ingin kau lakukan”
Chanyeol tersenyum miring melihat kepergian ibu tirinya. Perasaan nya terlalu campur aduk. Hingga sulit untuk di ekspresikan.
“Kamu terluka”
Kyungsoo menyeka noda darah di sudut bibir Chanyeol. Tamparan ibu tiri Chanyeol rupanya tidak main-main.
Chanyeol kembali mendekap Kyungsoo. Benar. Begini rasanya, aman dan nyaman. Pelukan Kyungsoo tidak pernah berubah. Dan Kyungsoo akan selalu jadi tempat teraman dan ternyaman nya.
“Ayo kita ke resepsionis untuk mengurus autopsi ayah mu”
“Love, terimakasih”
Kyungsoo hanya tersenyum dan mencium pipi Chanyeol. Menggandeng tangan Chanyeol menuju meja resepsionis.
“Love, tidak apa-apa kan kalau aku tinggal kamu sendirian disini? Aku harus pulang kerumah dan mencari bukti atau apapun itu”
Kyungsoo tersenyum sembari merapihkan rambut kekasihnya yang sangat berantakan.
“Aku nggak apa-apa yeolie, tapi sebelum pergi kamu harus makan”
“Disaat kayak gini mana bisa aku makan”
“Justru disaat seperti ini kamu perlu makan, buat nyari bukti dan lain nya kan perlu tenaga. Aku tahu ini sangat berat dan tidak mudah, tapi ku mohon, jagalah tubuh mu baik-baik Yeol”
Chanyeol tahu disaat seperti tidak seharusnya dia merasa beruntung. Tapi sungguh demi Tuhan dan semua ciptaan nya, dia sangat beruntung memiliki Kyungsoo di sisinya.
“Aku suapin ya?”
Chanyeol menganggukkan kepalanya dan mengikuti Kyungsoo yang membawanya ke arah kantin rumah sakit.
Setelah itu dia baru pergi ke kediamannya. Disana sudah ada jongin yang menunggunya.