Lovelikecyks

Ia tahu pacarnya tidak mungkin berbohong saat mengatakan bahwa ia sudah berada didepannya, tapi namanya juga Kyungsoo, ia malah melihat dari jendela kamarnya dan benar saja mobil penculik milik lelaki yang baru saja resmi menjadi kekasihnya semalam itu sudah terparkir indah didepan pagar rumahnya.

Si idola tampan yang berada didalam mobil, langsung menurunkan kaca jendela mobil sebelah kirinya begitu melihat kekasih mungil yang sedang berjalan sedikit tergesa-gesa dengan sesosok makhluk kecil yang cantik dalam gendongannya. Ia tersenyum bahagia, begitupun dengan yang ditatapnya. Chanyeol menurunkan kaca mata hitam yang bertengger indah di hidung bangirnya, memberi gestur supaya Kyungsoo lebih mendekat lagi menggunakan tangan nya.

Ia terlihat seperti mengambil sesuatu di kursi penumpang yang ad disebelahnya dan benar saja sebungkus roti, dua gelas kopi dan setangkai mawar merah baru saja diterima oleh Kyungsoo. Sang pemberi menggaruk lehernya yang tidak gatal, padahal tidak ada hal yang memalukan tapi ia entah kenapa tiba-tiba merasa malu dan butuh menjelaskan sesuatu. “Em.. itu sarapan untukmu, aku nggak tau sesuai selera kamu atau nggak tapi semoga aja sesuai. Kalau nggak sesuai bilang aja supaya besok aku bisa memperbaikinya.” Kyungsoo terkekeh, mana mungkin ia tidak suka? Mendapat perlakuan seperti ini saja sudah membuatnya bahagia. “Terimakasih banyak, sini” Chanyeol menuruti perkataan Kyungsoo, ia mendekatkan dirinya bahkan kepalanya sudah keluar dari jendela mobilnya.

“Princess sayang mau cium uncle Yeol, nggak?”

Si kecil menatap wajah ayahnya dan wajah Chanyeol bergantian, lalu ia menganggukkan kepalanya dan mendapatkan sebuah senyuman indah dari sang ayah. Si kecil pun mulai mendekat dan mencium pipi kanan Chanyeol, disusul dengan sebuah ciuman di pipi kiri dari Kyungsoo, yang tentu saja tidak Chanyeol duga. Tuhan... Untung saja jantung nya tidak melompat keluar karena serangan mendadak barusan.

“Semangat syutingnya” ucap Kyungsoo setelahnya. “Kenapa diem aja?”

“Ah... Itu... Hehe, nggak apa-apa”

Hening. Kedua sama-sama salah tingkah hanya karena sebuah ciuman di pipi untuk mengawali hari.

“Aku berangkat kerja dulu, kalo gitu” putus Chanyeol memecah keheningan yang ada. “Semoga harimu menyenangkan” Lagi. Chanyeol dibuat terhipnotis dengan senyuman Kyungsoo. Tuhan, ciptaan mu yang satu ini kenapa begitu indah?. “Pulang kerja aku jemput ya” “Em.” Kyungsoo menganggukkan kepalanya. Chanyeol mengulurkan lengan panjangnya untuk mengelus pipi Kyungsoo dan princess bergantian sebelum menjalankan mobilnya. “Semoga harimu menyenangkan dan sampai ketemu nanti sore, penguin kecil ku.”

Kyungsoo tidak berbasa-basi. Begitu, Chanyeol duduk disisa bangku yang ia duduki setelah sempat mengatakan 'hai' padanya. Pria beranak satu itu langsung saja mengutarakan apa yang sudah dipikirkannya matang-matang, setelah membaca pesan yang ia terima.

“Chanyeol, kamu serius suka sama aku?.”

Ia mengubah posisi duduknya, menyamping, menghadap Kyungsoo, setelah melepaskan topi yang membuat Kyungsoo sedikit terpesona akibat rambut acak-acakan Chanyeol yang tertiup angin malam.

“Kyungsoo, coba deh liat mata aku. Apa aku keliatan lagi becanda?.” Kyungsoo terdiam. Menyelami manik Chanyeol yang seperti menariknya untuk menatap jauh lebih dalam dan anehnya ia tidak menemukan adanya kebohongan disana.

“Tapi, apa yang bikin kamu suka sama aku? Diluar sana banyak yang mau sama kamu dan tentunya lebih dari aku.” Chanyeol tersenyum lebar hingga memunculkan satu cekungan manis disebelah pipinya. “Karena kamu Doh Kyungsoo. Diluar sana memang banyak yang mau sama aku, tapi aku mau nya cuma Doh Kyungsoo. Dan diluar sana nggak ada yang lebih baik buat aku selain, Doh Kyungsoo.”

“Terlalu banyak perbedaan diantara kita.”

“Kita terlahir di negara yang sama, menggunakan bahasa yang sama, keyakinan kita juga sama bahkan gender kita juga sama, dimana nya yang berbeda? Apa kamu malaikat dan bukan manusia?” Kyungsoo mengerjapkan matanya beberapa, sedikit tidak menyangka dengan apa yang didengarnya tadi. “Bukankah aneh saat sesama jenis menjalin suatu hubungan romantis? Dan aku tentu saja 100% manusia.”

“Aneh bukan berarti salah dan tidak boleh dilakukan bukan?.”

“Tapi, kalau kamu pacaran gini apa nggak ngerasa ngehianatin para penggemar yang udah dukung kamu? Mereka pasti bakal sakit hati kalo tau, Park Chanyeol nya punya pacar, emang kamu nggak takut ditinggalin sama fans atau bahkan ntar canceled dimana-mana. Terus juga emang agensi kamu ngijinin kamu pacaran?”

“Udah kayak lagi interview kerja ya. Kenapa aku harus ngerasa ngehianatin penggemarku saat mereka aja punya lebih dari satu idola, padahal aku hanya punya mereka, tapi aku tidak pernah melarangnya. Aku tidak pernah melarang mereka untuk berpacaran juga dan aku yakin 90% dari mereka pasti sudah mempunyai pacar. Dan kalau mereka benar-benar mencintaiku harusnya mereka bisa mendukung apa yang membuatku bahagia bukan hanya melakukan apa yang membuat mereka bahagia. As idol aku juga sudah memberikan karya terbaikku, menampilkan performance yang terbaik saat di panggung. Bukankah pekerjaan ku sebagai idol hanya sampai disitu? Tentang bagaimana aku hidup dan semua yang ada dibalik kamera, ku rasa itu hak dan privasi yang tidak bisa dicampuri oleh fans. Maaf jawabanku terlalu panjang ya?”

“Aku juga salah satu fans mu, siapa tau lupa”

“Kamu fans special yang nggak mungkin aku lupa. Yang aku ajak buat ngejalanin hubungan ini tuh kamu, yang mau ngejalanin nya juga kita berdua jadi aku mau nanya sekali lagi, kamu suka nggak sama aku? Jangan pikirin perasaan yang lain nya, cukup pikirin perasaan kita aja, aku dan kamu”

Kyungsoo kembali terdiam. Sangat naif kalau Kyungsoo bilang ia tidak menyukai Chanyeol, selama ini ia selalu bersikap profesional walaupun susah. Beberapa kali ia memang pernah jatuh dan memandang Chanyeol sebagai lelaki bukan sebagai idolanya tapi ia selalu berhasil mengendalikan diri dan membuat garis yang semakin jelas antara fans dan idola, tapi akhir-akhir ini pertahanan nya benar-benar hampir luluh lantah tak bersisa karena kedekatan diantara mereka yang semakin intens saja.

“Jadi? Bagaimana? Aku tidak memaksa hanya saja jangan sampe kamu nye—” Chanyeol tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Matanya terbuka lebar, kaget merasakan tekstur kenyal dan lembut dari bibir yang baru saja bertabrakan dengan bibirnya.

Kyungsoo terkejut dengan apa yang baru saja yang ia lakukan. Ia segera menutupi wajahnya dengan kedua tangan, ia masih tidak habis pikir kenapa bisa-bisanya ia mencium Chanyeol seperti tadi, salahkan saja matanya yang terus berfokus pada bibir sang idola yang bergerak-gerak melantunkan setiap kata hingga membuat akal sehat pergi meninggalkan nya. Semakin dipikirkan semakin panas pula pipinya, rasanya Kyungsoo ingin menghilang saja.

Berbeda dengan Chanyeol yang sedang tersenyum cerah, ceria dan mempesona karena sangat bahagia. Bukankah Kyungsoo sudah menerimanya sebagai kekasih?. Ia mencoba membuka kedua tangan Kyungsoo yang masih menutupi wajah yang Chanyeol yakin semerah buah ceri saat ini.

“Jangan dibuka!!! Aku malu!!!.”

“Kenapa malu? “

“Malu aja.”

“Buka dong, aku mau liat muka imut dan menggemaskan nya pacarku.” Perlahan Kyungsoo menurunkan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya, tapi ia masih menundukkan wajahnya belum siap untuk bertatapan dengan Chanyeol secara langsung. Terlalu menggemaskan. Chanyeol tidak bisa untuk tidak segera memasukkan Kyungsoo kedalam dekapan hangatnya.

“Terimakasih.” Kyungsoo menganggukkan kepalanya. Ia masih tidak percaya akan apa yang terjadi sekarang, pria yang sedang dipeluk dan memeluknya ini adalah idolanya bahkan mungkin idola semua idola yang sekarang telah resmi menjadi pacarnya. Ia pernah bermimpi menjadi someone special bagi idolanya tapi ia tidak tahu kalau mimpi yang menurutnya tidak mungkin dan konyol itu kini menjadi nyata bahkan dia sudah mengalahkan puluhan juta manusia bumi yang ingin berada diposisi nya yang sekarang.

Keduanya tidak ada yang mau mengalah dalam hal 'mari berpelukan erat-erat' dengan senyum bahagia yang terus menghiasi wajah keduanya. Kyungsoo ingin hidup damai dan biasa saja tapi kemudian Tuhan mengirim Park Chanyeol si idola sejuta umat yang tidak mungkin ada kata biasa saja dalam hidupnya yang dipenuhi blitz kamera.

“Kyungsoo, fokus.” Ucap Baekhyun pelan tapi penuh penekanan. Saat ini mereka sedang mengadakan meeting dadakan karena server mereka yang tiba-tiba down.

Kyungsoo kembali fokus menyimak apa yang disampaikan rekannya setelah memasukkan ponsel kedalam saku, yang pasti dia tahu kalau Chanyeol mengiriminya pesan, tapi dia belum sempat membaca apa isinya.

Kyungsoo mengecek ponselnya setelah berkutat lebih dari tiga jam, akhirnya masalah yang perusahaan mereka alami bisa terselesaikan. Semua karyawan sudah meninggalkan kantor begitu masalah terselesaikan karena memang sudah terlambat jauh dari jam pulang yang seharusnya.

Kyungsoo terkejut membaca pesan yang, Chanyeol kirimkan padanya. Tidak menyangka? tentu saja. Idolanya mengatakan bahwa dia menyukai nya dan mengajaknya berpacaran, sungguh tidak masuk akal dan semakin tidak masuk akal karena, Chanyeol menunggu nya selama tiga jam di cafetaria tempat Kyungsoo, bekerja.

“Halo....” Dengan suara setenang mungkin, Kyungsoo mengangkat telfon yang sudah berdering dari beberapa menit lalu. Ia menggigit bibir bawahnya, canggung dan tidak tahu harus mengatakan apa pada orang yang berada diseberang sana. “Sorry ya, Soo. Malem-malem gini aku nelfon, abisan kangen sih.”

“Park Chanyeol sialan, bisa-bisanya dia bilang kangen segampang itu.” Kyungsoo mengumpat dalam hati, merutuki kalimat Chanyeol yang menyebabkan efek fatal pada fungsi kerja organ tubuhnya. Bibirnya sulit untuk tidak tertarik keatas dan membentuk hati yang sempurna bahkan dia tidak bisa mengontrol suaranya supaya tidak berteriak sehingga ia harus membekap mulutnya sendiri. Kakinya menendang-nendang udara tidak jelas dan, Kyungsoo yakin saat ini ada ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan diperutnya.

“Halo? Kyungsoo??? Kamu masih disana???.” Kyungsoo mengambil benda persegi empat yang tadi sempat dilemparnya, mengontrol detak jantung, suara dan organ lain nya yang sempat terganggu beberapa waktu lalu. “Oh... Masih... Masih ada kok, aku masih ada disini.” “Kirain tidur.” Ucap Chanyeol diseberang sana yang diakhiri dengan sebuah kekehan.

Diam. Sunyi. Sepi dan canggung. Keduanya tidak ada yang tahu harus memulai obrolan dari mana.

“Emmmm... Kita mau diem-dieman gini aja?.” Ucap Kyungsoo memecah keheningan diantara keduanya. “Padahal aku duluan ya yang nelfon, tapi aku sendiri juga yang nggak tau mau ngomong apa.” Kyungsoo menganggukkan kepalanya, berusaha mencari bahan pembicaraan untuk mereka, sebelum suara Chanyeol menginterupsi kegiatannya. “Aku belum pernah pacaran ataupun ngejalin hubungan spesial samaa seseorang. Ini kali pertama aku ngeberanniin diri karena aku bener-bener pengen kenal kamu lebih jauh lagi.”

“Beneran?”

“Beneran, buat apa coba aku bohong. Dari pertama kali aku liat kamu pas di fansign event jujur aja aku mulai tertarik dan karena kamu hampir dateng ke setiap fansign event, fanmeet dan konser jadi ya aku ngerasa udah deket aja sama kamu, apalagi kalau fansign kamu lebih banyak cerita daripada nanya-nanya kayak fans lain.” Mengingat kembali kenangan diawal-awal pertemuannya dengan Kyungsoo membuat pria pemilik tato kera ini tidak bisa mencegah bibirnya supaya tidak tersenyum hingga menampilkan dimple pada sebelah pipi yang semakin menambah kadar indahnya.

Sedangkan Kyungsoo, semakin membenamkan wajahnya kedalam bantal guna meredam suara nyaring yang mungkin lolos dari mulutnya setiap mendengar untaian kalimat yang Chanyeol ucapkan padanya. Ia menarik nafas dalam sebelum mulai berbicara, membenarkan kenangan yang ternyata sedikit berbeda dengan yang berada di ingatannya.

“Awal kita ketemu tuh nggak gitu”

“Eh?”

“Pertama banget kita ketemu waktu showcase debut, aku bahkan sampe ngintip ke backstage, hehehehe”

“Oh ya?”

“Iya Chanyeol, tapi pertama kali kamu ngeliat aku ya emang bener pas di fansign”

Keduanya kembali terdiam, membuat obrolan yang menarik memang tidak mudah ternyata.

“Chanyeol”

“Hm?” Kyungsoo menurunkan ponselnya, menekan tombol bergambar speaker lalu pergi ke aplikasi berlogo burung gempal favoritnya.

“Kyungsoo?”

“Ya? Oh iya aku sampe lupa”

Chanyeol, diseberang sana mengangkat sepasang alisnya, kebingungan dengan pernyataan Kyungsoo, barusan.

“Masih inget waktu pertama kali kita telfonan?”

“Inget, kamu sampe ketiduran”

“Haha iya. Waktu itu kamu nyanyiin lagu yang kamu bilang itu lagu baru kamu, apa itu terinspirasi dari pengalaman pribadi?”

“Ah... In your eyes?”

“Oh... Judulnya in your eyes?”

“Iya. Kenapa kamu bisa nyimpulin kalo lagu itu dari pengalaman pribadiku?”

“Liriknya, pesan yang pengen kamu sampein lewat lagu itu bener-bener sampai, kapan dirilis?”

“Lagunya ditolak, nggak sesuai sama tema comeback sc selanjutnya”

“Ah.... Gitu. Terus waktu dipantai kenapa tiba-tiba nangis?”

Chanyeol terkekeh sebelum menjawab pertanyaan Kyungsoo

“Tiba-tiba aku keinget lirik in your eyes soo”

“Ah... Bener”

“Kapanpun kamu mau cerita, aku siap mendengarkan.”

“Terimakasih, Chanyeol. Kamu juga, kapanpun kamu butuh aku, aku bakal selalu ada.”

Keduanya sama-sama sudah merebahkan diri, menikmati nyamannya kasur setelah seharian beraktivitas. Keduanya enggan mematikan saluran telepon dan saling berusaha mencari topik pembicaraan dan saling mencari tahu tentang satu sama lain, hingga entah siapa yang tertidur lebih dulu dengan ponsel yang masih menempel ditelinga.

In your eyes lyrics The day I feel small for nothing the day I don't want to do anything In a continuation of those days When i want to disappear I bump into reality and get bruised I got hurt by people's words I can't even move anymore save me

“Halo....” Dengan suara setenang mungkin, Kyungsoo mengangkat telfon yang sudah berdering dari beberapa menit lalu. Ia menggigit bibir bawahnya, canggung dan tidak tahu harus mengatakan apa pada orang yang berada diseberang sana. “Sorry ya, Soo. Malem-malem gini aku nelfon, abisan kangen sih.”

“Park Chanyeol sialan, bisa-bisanya dia bilang kangen segampang itu.” Kyungsoo mengumpat dalam hati, merutuki kalimat Chanyeol yang menyebabkan efek fatal pada fungsi kerja organ tubuhnya. Bibirnya sulit untuk tidak tertarik keatas dan membentuk hati yang sempurna bahkan dia tidak bisa mengontrol suaranya supaya tidak berteriak sehingga ia harus membekap mulutnya sendiri. Kakinya menendang-nendang udara tidak jelas dan, Kyungsoo yakin saat ini ada ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan diperutnya.

“Halo? Kyungsoo??? Kamu masih disana???.” Kyungsoo mengambil benda persegi empat yang tadi sempat dilemparnya, mengontrol detak jantung, suara dan organ lain nya yang sempat terganggu beberapa waktu lalu. “Oh... Masih... Masih ada kok, aku masih ada disini.” “Kirain tidur.” Ucap Chanyeol diseberang sana yang diakhiri dengan sebuah kekehan.

Diam. Sunyi. Sepi dan canggung. Keduanya tidak ada yang tahu harus memulai obrolan dari mana.

“Emmmm... Kita mau diem-dieman gini aja?.” Ucap Kyungsoo memecah keheningan diantara keduanya. “Padahal aku duluan ya yang nelfon, tapi aku sendiri juga yang nggak tau mau ngomong apa.” Kyungsoo menganggukkan kepalanya, berusaha mencari bahan pembicaraan untuk mereka, sebelum suara Chanyeol menginterupsi kegiatannya. “Aku belum pernah pacaran ataupun ngejalin hubungan spesial samaa seseorang. Ini kali pertama aku ngeberanniin diri karena aku bener-bener pengen kenal kamu lebih jauh lagi.”

“Beneran?”

“Beneran, buat apa coba aku bohong. Dari pertama kali aku liat kamu pas di fansign event jujur aja aku mulai tertarik dan karena kamu hampir dateng ke setiap fansign event, fanmeet dan konser jadi ya aku ngerasa udah deket aja sama kamu, apalagi kalau fansign kamu lebih banyak cerita daripada nanya-nanya kayak fans lain.” Mengingat kembali kenangan diawal-awal pertemuannya dengan Kyungsoo membuat pria pemilik tato kera ini tidak bisa mencegah bibirnya supaya tidak tersenyum hingga menampilkan dimple pada sebelah pipi yang semakin menambah kadar indahnya.

Sedangkan Kyungsoo, semakin membenamkan wajahnya kedalam bantal guna meredam suara nyaring yang mungkin lolos dari mulutnya setiap mendengar untaian kalimat yang Chanyeol ucapkan padanya. Ia menarik nafas dalam sebelum mulai berbicara, membenarkan kenangan yang ternyata sedikit berbeda dengan yang berada di ingatannya.

“Awal kita ketemu tuh nggak gitu”

“Eh?”

“Pertama banget kita ketemu waktu showcase debut, aku bahkan sampe ngintip ke backstage, hehehehe”

“Oh ya?”

“Iya Chanyeol, tapi pertama kali kamu ngeliat aku ya emang bener pas di fansign”

Keduanya kembali terdiam, membuat obrolan yang menarik memang tidak mudah ternyata.

“Chanyeol”

“Hm?” Kyungsoo menurunkan ponselnya, menekan tombol bergambar speaker lalu pergi ke aplikasi berlogo burung gempal favoritnya.

“Kyungsoo?”

“Ya? Oh iya aku sampe lupa”

Chanyeol, diseberang sana mengangkat sepasang alisnya, kebingungan dengan pernyataan Kyungsoo, barusan.

“Masih inget waktu pertama kali kita telfonan?”

“Inget, kamu sampe ketiduran”

“Haha iya. Waktu itu kamu nyanyiin lagu yang kamu bilang itu lagu baru kamu, apa itu terinspirasi dari pengalaman pribadi?”

“Ah... In your eyes?”

“Oh... Judulnya in your eyes?”

“Iya. Kenapa kamu bisa nyimpulin kalo lagu itu dari pengalaman pribadiku?”

“Liriknya, pesan yang pengen kamu sampein lewat lagu itu bener-bener sampai, kapan dirilis?”

“Lagunya ditolak, nggak sesuai sama tema comeback sc selanjutnya”

“Ah.... Gitu. Terus waktu dipantai kenapa tiba-tiba nangis?”

Chanyeol terkekeh sebelum menjawab pertanyaan Kyungsoo

“Tiba-tiba aku keinget lirik in your eyes soo”

“Ah... Bener”

“Kapanpun kamu mau cerita, aku siap mendengarkan.”

“Terimakasih, Chanyeol. Kamu juga, kapanpun kamu butuh aku, aku bakal selalu ada.”

Keduanya sama-sama sudah merebahkan diri, menikmati nyamannya kasur setelah seharian beraktivitas. Keduanya enggan mematikan saluran telepon dan saling berusaha mencari topik pembicaraan dan saling mencari tahu tentang satu sama lain, hingga entah siapa yang tertidur lebih dulu dengan ponsel yang masih menempel ditelinga.

The day I feel small for nothing the day I don't want to do anything In a continuation of those days When i want to disappear I bump into reality and get bruised I got hurt by people's words I can't even move anymore save me

Kyungsoo, duduk disebelah kiri. Chanyeol, ditengah dan Yuan disisi kanannya. Chanyeol, yang sudah memperhatikan yuan sejak mereka mulai makan menemukan hal aneh yang baru dilihatnya. Cara makan, Yuan.

“Yuan nggak suka isian dagingnya?”

“Suka banget, mas. Justru isian daging dalam bakpao itu hal yang paling Yuan sukai”

“Terus kenapa nggak dimakan?”

“Yuan kan gitu kalo makan apa-apa mas, yang paling enak atau yang paling disuka bakal dimakan diakhir, sama kayak aku. Makanya sekarang dia makanin pinggiran bakpao nya dulu, daging di dalem nya dimakan di akhir ntar”

“Yang paling enak tuh dimakan pertama”

“Daddy kebangetan udah tinggal bertahun-tahun bareng sama yuan tapi nggak tau kebiasaan yuan, papa soo emang yang terbaik”

“Yuanie sayang nggak boleh ngomong gitu ke daddy, liat daddy kamu jadi manyun kan gara-gara sedih”

“Daddy mau mulutnya yuan iket pake karet?” Chanyeol maupun Kyungsoo dibuat terkejut dengan omongan Yuan.

“Nggak sayang, udah ayo kita makan” putus Chanyeol, tidak ingin memperpanjang masalah dengan si sulung yang sudah terlanjur badmood karena ia tidak tahu kebiasaannya.

“Daddy, bantu yuan makan sesuap” Yuan menyodorkan Chanyeol sisa bakpao yang ia makan.

Yuan meminta nya untuk makan sesuap tapi Chanyeol malah memasukkan semua bakpao yang yuan sodorkan padanya. Si suilung menganga melihat apa yang baru saja dilihatnya, hal yang paling ia sukai, yang ia sisakan untuk dimakan diakhir malah di hap oleh Daddy nya dalam sekali suapan.

“Daddy!!!!!!”

“Kenapa?”

“Kan Yuan bilang sesuap kenapa dimakan semua 😭”

Yuan, menangis. Sementara Chanyeol masih mengunyah dengan ekspresi bingung, karena ia tidak menyadari kesalahan apa yang baru diperbuatnya. Menatap Kyungsoo, berharap mendapat pencerahan atas aa yang sedang terjadi tapi ia justru mendapati istrinya itu sedang menahan tawa. Kyungsoo, tidak ingin tertawa tapi ini sangat lucu, ekspresi bingung, Chanyeol karena menghabiskan bagian terenak bakpao milik anaknya dan si anak yang menangis karena bagian terenak yang ia sisakan untuk dimakan diakhir sudah terkunyah halus didalam mulut Daddy nya.

“Yuan, minta kamu makan sesuap mas, tapi kamu malah makan semuanya”

“Yuan masih mau? Sini, A A A A A~” Chanyeol, sudah membuka mulutnya siap mentransfer makanan yang sudah berubah bentuk kedalam mulut yuan, “Daddy jorok, yuan nggak mau”

“Mas kamu ada-ada aja deh” “Yuan sayang, daddy kan tadi lagi main hp makanya pas yuan ngomong bantuin buat makan sesuap mungkin Daddy ngiranya buat bantuin yuan ngabisin karena yuan udah nggak kuat makan lagi, jadi jangan marah ke daddy lagi ya?” Bujuk Kyungsoo.

“Makanya kalau makan jangan main hp.” Ucap Yuan yang bangun dari tempat duduknya lalu pergi kearah dapur untuk menaruh perlengkapan makan nya ke dalam wastafel.

“Tadi yuan bilang apa sayang?”

“Jangan main hp kalo lagi makan.” Chanyeol menjatuhkan rahang mendengar perkataan anak sulungnya. “Wah.... Yuan wahhhh, bener-bener Kyungsoo versi mini.” Ucap Chanyeol tidak percaya.

“Cepetan makan nya mas, terus minta maaf sama Yuan” “Mas udah selesai kok, kamu kalo udah selesai ntar taroh aja piring nya di wastafel ntar mas yang nyuci.”

Kyungsoo, duduk disebelah kiri. Chanyeol, ditengah dan Yuan disisi kanannya. Chanyeol, yang sudah memperhatikan yuan sejak mereka mulai makan menemukan hal aneh yang baru dilihatnya. Cara makan, Yuan.

“Yuan nggak suka isian dagingnya?”

“Suka banget, mas. Justru isian daging dalam bakpao itu hal yang paling Yuan sukai”

“Terus kenapa nggak dimakan?”

“Yuan kan gitu kalo makan apa-apa mas, yang paling enak atau yang paling disuka bakal dimakan diakhir, sama kayak aku. Makanya sekarang dia makanin pinggiran bakpao nya dulu, daging di dalem nya dimakan di akhir ntar”

“Yang paling enak tuh dimakan pertama”

“Daddy kebangetan udah tinggal bertahun-tahun bareng sama yuan tapi nggak tau kebiasaan yuan, papa soo emang yang terbaik”

“Yuanie sayang nggak boleh ngomong gitu ke daddy, liat daddy kamu jadi manyun kan gara-gara sedih”

“Daddy mau mulutnya yuan iket pake karet?” Chanyeol maupun Kyungsoo dibuat terkejut dengan omongan Yuan.

“Nggak sayang, udah ayo kita makan” putus Chanyeol, tidak ingin memperpanjang masalah dengan si sulung yang sudah terlanjur badmood karena ia tidak tahu kebiasaannya.

“Daddy, bantu yuan makan sesuap” Yuan menyodorkan Chanyeol sisa bakpao yang ia makan.

Yuan meminta nya untuk makan sesuap tapi Chanyeol malah memasukkan semua bakpao yang yuan sodorkan padanya. Si sulung menganga melihat apa yang baru saja dilihatnya, hal yang paling ia sukai, yang ia sisakan untuk dimakan diakhir malah di hap oleh Daddy nya dalam sekali suapan.

“Daddy!!!!!!”

“Kenapa?”

“Kan Yuan bilang sesuap kenapa dimakan semua 😭” Yuan, menangis. Sementara Chanyeol masih mengunyah dengan ekspresi bingung, karena ia tidak menyadari kesalahan apa yang baru diperbuatnya. Menatap Kyungsoo, berharap mendapat pencerahan atas aa yang sedang terjadi tapi ia justru mendapati istrinya itu sedang menahan tawa. Kyungsoo, tidak ingin tertawa tapi ini sangat lucu, ekspresi bingung, Chanyeol karena menghabiskan bagian terenak bakpao milik anaknya dan si anak yang menangis karena bagian terenak yang ia sisakan untuk dimakan diakhir sudah terkunyah halus didalam mulut Daddy nya.

“Yuan, minta kamu makan sesuap mas, tapi kamu malah makan semuanya”

“Yuan masih mau? Sini, A A A A A~” Chanyeol, sudah membuka mulutnya siap mentransfer makanan yang sudah berubah bentuk kedalam mulut yuan, “Daddy jorok, yuan nggak mau”

“Mas kamu ada-ada aja deh” “Yuan sayang, daddy kan tadi lagi main hp makanya pas yuan ngomong bantuin buat makan sesuap mungkin Daddy ngiranya buat bantuin yuan ngabisin karena yuan udah nggak kuat makan lagi, jadi jangan marah ke daddy lagi ya?” Bujuk Kyungsoo.

“Makanya kalau makan jangan main hp.” Ucap Yuan yang bangun dari tempat duduknya lalu pergi kearah dapur untuk menaruh perlengkapan makan nya ke dalam wastafel.

“Tadi yuan bilang apa sayang?”

“Jangan main hp kalo lagi makan.” Chanyeol menjatuhkan rahang mendengar perkataan anak sulungnya. “Wah.... Yuan wahhhh, bener-bener Kyungsoo versi mini.” Ucap Chanyeol tidak percaya.

“Cepetan makan nya mas, terus minta maaf sama Yuan” “Mas udah selesai kok, kamu kalo udah selesai ntar taroh aja piring nya di wastafel ntar mas yang nyuci.”

Kyungsoo, duduk disebelah kiri. Chanyeol, ditengah dan Yuan disisi kanannya. Chanyeol, yang sudah memperhatikan yuan sejak mereka mulai makan menemukan hal aneh yang baru dilihatnya. Cara makan, Yuan.

“Yuan nggak suka isian dagingnya?”

“Suka banget, mas. Justru isian daging dalam bakpao itu hal yang paling Yuan sukai”

“Terus kenapa nggak dimakan?”

“Yuan kan gitu kalo makan apa-apa mas, yang paling enak atau yang paling disuka bakal dimakan diakhir, sama kayak aku. Makanya sekarang dia makanin pinggiran bakpao nya dulu, daging di dalem nya dimakan di akhir ntar”

“Yang paling enak tuh dimakan pertama”

“Daddy kebangetan udah tinggal bertahun-tahun bareng sama yuan tapi nggak tau kebiasaan yuan, papa soo emang yang terbaik”

“Yuanie sayang nggak boleh ngomong gitu ke daddy, liat daddy kamu jadi manyun kan gara-gara sedih”

“Daddy mau mulutnya yuan iket pake karet?” Chanyeol maupun Kyungsoo dibuat terkejut dengan omongan Yuan.

“Nggak sayang, udah ayo kita makan” putus Chanyeol, tidak ingin memperpanjang masalah dengan si sulung yang sudah terlanjur badmood karena ia tidak tahu kebiasaannya.

“Daddy, bantu yuan makan sesuap” Yuan menyodorkan Chanyeol sisa bakpao yang ia makan.

Yuan meminta nya untuk makan sesuap tapi Chanyeol malah memasukkan semua bakpao yang yuan sodorkan padanya. Si sulung menganga melihat apa yang baru saja dilihatnya, hal yang paling ia sukai, yang ia sisakan untuk dimakan diakhir malah di hap oleh Daddy nya dalam sekali suapan.

“Daddy”

“Kenapa?”

“Kan Yuan bilang sesuap kenapa dimakan semua 😭” Yuan, menangis. Sementara Chanyeol masih mengunyah dengan ekspresi bingung, karena ia tidak menyadari kesalahan apa yang baru diperbuatnya. Menatap Kyungsoo, berharap mendapat pencerahan atas aa yang sedang terjadi tapi ia justru mendapati istrinya itu sedang menahan tawa. Kyungsoo, tidak ingin tertawa tapi ini sangat lucu, ekspresi bingung, Chanyeol karena menghabiskan bagian terenak bakpao milik anaknya dan si anak yang menangis karena bagian terenak yang ia sisakan untuk dimakan diakhir sudah terkunyah halus didalam mulut Daddy nya.

“Yuan, minta kamu makan sesuap mas, tapi kamu malah makan semuanya”

“Yuan masih mau? Sini, A A A A A~” Chanyeol, sudah membuka mulutnya siap mentransfer makanan yang sudah berubah bentuk kedalam mulut yuan, “Daddy jorok, yuan nggak mau”

“Mas kamu ada-ada aja deh” “Yuan sayang, daddy kan tadi lagi main hp makanya pas yuan ngomong bantuin buat makan sesuap mungkin Daddy ngiranya buat bantuin yuan ngabisin karena yuan udah nggak kuat makan lagi, jadi jangan marah ke daddy lagi ya?” Bujuk Kyungsoo.

“Makanya kalau makan jangan main hp.” Ucap Yuan yang bangun dari tempat duduknya lalu pergi kearah dapur untuk menaruh perlengkapan makan nya ke dalam wastafel.

“Tadi yuan bilang apa sayang?”

“Jangan main hp kalo lagi makan.” Chanyeol menjatuhkan rahang mendengar perkataan anak sulungnya. “Wah.... Yuan wahhhh, bener-bener Kyungsoo versi mini.” Ucap Chanyeol tidak percaya.

“Cepetan makan nya mas, terus minta maaf sama Yuan” “Mas udah selesai kok, kamu kalo udah selesai ntar taroh aja piring nya di wastafel ntar mas yang nyuci.”

Kyungsoo, duduk disebelah kiri Chanyeol, ditengah dan Yuan disisi kanannya. Chanyeol, yang sudah memperhatikan yuan sejak mereka mulai makan menemukan hal aneh yang baru dilihatnya. Cara makan, Yuan.

“Yuan nggak suka isian dagingnya?”

“Suka banget, mas. Justru isian daging dalam bakpao itu hal yang paling Yuan sukai”

“Terus kenapa nggak dimakan?”

“Yuan kan gitu kalo makan apa-apa mas, yang paling enak atau yang paling disuka bakal dimakan diakhir, sama kayak aku. Makanya sekarang dia makanin pinggiran bakpao nya dulu, daging di dalem nya dimakan di akhir ntar”

“Yang paling enak tuh dimakan pertama”

“Daddy kebangetan udah tinggal bertahun-tahun bareng sama yuan tapi nggak tau kebiasaan yuan, papa soo emang yang terbaik”

“Yuanie sayang nggak boleh ngomong gitu ke daddy, liat daddy kamu jadi manyun kan gara-gara sedih”

“Daddy mau mulutnya yuan iket pake karet?” Chanyeol maupun Kyungsoo dibuat terkejut dengan omongan Yuan.

“Nggak sayang, udah ayo kita makan” putus Chanyeol, tidak ingin memperpanjang masalah dengan si sulung yang sudah terlanjur badmood karena ia tidak tahu kebiasaannya.

“Daddy, bantu yuan makan sesuap” Yuan menyodorkan Chanyeol sisa bakpao yang ia makan.

Yuan meminta nya untuk makan sesuap tapi Chanyeol malah memasukkan semua bakpao yang yuan sodorkan padanya. Si sulung menganga melihat apa yang baru saja dilihatnya, hal yang paling ia sukai, yang ia sisakan untuk dimakan diakhir malah di hap oleh Daddy nya dalam sekali suapan.

“Daddy”

“Kenapa?”

“Kan Yuan bilang sesuap kenapa dimakan semua 😭” Yuan, menangis. Sementara Chanyeol masih mengunyah dengan ekspresi bingung, karena ia tidak menyadari kesalahan apa yang baru diperbuatnya. Menatap Kyungsoo, berharap mendapat pencerahan atas aa yang sedang terjadi tapi ia justru mendapati istrinya itu sedang menahan tawa. Kyungsoo, tidak ingin tertawa tapi ini sangat lucu, ekspresi bingung, Chanyeol karena menghabiskan bagian terenak bakpao milik anaknya dan si anak yang menangis karena bagian terenak yang ia sisakan untuk dimakan diakhir sudah terkunyah halus didalam mulut Daddy nya.

“Yuan, minta kamu makan sesuap mas, tapi kamu malah makan semuanya”

“Yuan masih mau? Sini, A A A A A~” Chanyeol, sudah membuka mulutnya siap mentransfer makanan yang sudah berubah bentuk kedalam mulut yuan, “Daddy jorok, yuan nggak mau”

“Mas kamu ada-ada aja deh” “Yuan sayang, daddy kan tadi lagi main hp makanya pas yuan ngomong bantuin buat makan sesuap mungkin Daddy ngiranya buat bantuin yuan ngabisin karena yuan udah nggak kuat makan lagi, jadi jangan marah ke daddy lagi ya?” Bujuk Kyungsoo.

“Makanya kalau makan jangan main hp.” Ucap Yuan yang bangun dari tempat duduknya lalu pergi kearah dapur untuk menaruh perlengkapan makan nya ke dalam wastafel.

“Tadi yuan bilang apa sayang?”

“Jangan main hp kalo lagi makan.” Chanyeol menjatuhkan rahang mendengar perkataan anak sulungnya. “Wah.... Yuan wahhhh, bener-bener Kyungsoo versi mini.” Ucap Chanyeol tidak percaya.

“Cepetan makan nya mas, terus minta maaf sama Yuan” “Mas udah selesai kok, kamu kalo udah selesai ntar taroh aja piring nya di wastafel ntar mas yang nyuci.”


Yang muntah Lyra, yang menangis Kyungsoo. Tapi sungguh dengan kondisinya... Astaga! Sudah berapa banyak obat yang masuk kedalam tubuh sekecil ini? Setengah sendok kecil pun tidak ada tapi dia terus menerus muntah seolah telah menelan terlalu banyak obat. Tak sebanding yang masuk dengan yang keluar.

“Mas!!!!!” Tak tahan lagi, Kyungsoo buru-buru menuruni tangga dengan Lyra di gendongan nya, memanggil suaminya yang sedang menemani Yuan menonton cocomelon. “Mas, Lyra muntah-muntah lagi, lebih parah dari tadi sore, a-ayo ke dokter!.”

Chanyeol langsung bergegas ke parkiran dengan menggendong Yuan yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi dia bisa merasakan kalau kedua orang tuanya sedang panik dan ketakutan saat ini.

Selain tubuhnya yang menolak makanan dan susu, mental nya pun ikut menolak keberadaan Kyungsoo dan Chanyeol. Lyra menangis sepanjang perjalanan membuat Chanyeol mengendarai mobilnya lebih cepat supaya bisa sesegera mungkin mereka sampai ke rumah sakit tujuan. Kyungsoo pun hanya bisa merengkuh erat lyra dalam dekapannya, berbisik lembut berharap bisa menenangkannya yang sudah bergetar hebat dan pucat pasi. Yuan yang duduk disamping Kyungsoo hanya bisa memegangi lengan Papa nya dengan diam, dia ingin menangis tapi tak bisa karena takut membuat kedua orang tuanya semakin panik nantinya.

“Kumohon, bertahan, sebentar saja.” Bisikan Kyungsoo, selembut apapun tak dapat diterima dengan baik oleh lyra. Ia mulai tersedak dan tampak kesulitan bernafas, reaksi paniknya benar-benar mengkhawatirkan.

“Ada apa?” Dokter yang tadi siang — bertemu mereka di lorong, jam prakteknya sudah usai ia sebenarnya dalam perjalanan untuk pulang. Tapi malah bertemu keduanya dan bayi yang tadi siang baru saja ia periksa. “Oh? Bayinya— astaga! Kemarikan”

Lyra berpindah tangan dan dokter meminta keduanya untuk mengikutinya ke ruangan. Memberikan perawatan medis dan tetap bertanya apa yang terjadi sebelumnya.

“Muntah-muntah, lalu ia terus bersembunyi” Kyungsoo, terlanjur panik hingga membuatnya tidak bisa berbicara dengan tenang. “Bu- bukan aku, sungguh, aku tidak melakukan apapun.”

“Tidak, tidak, bukan salahmu.” Ujar si dokter, menenangkan Kyungsoo. “Ini reaksi kecemasannya, aku ingin mengatakan ini specific phobia, tapi ia tidak sampai tahap itu. Ia hanya ketakutan.”

“Lalu kenapa ia sampai muntah?” Tanya Chanyeol “Sebenarnya ia juga mengompol” Ujar si dokter, “Yang menyakiti nya adalah sang ayah, seorang laki-laki, dan agaknya dia berpikir semua laki-laki adalah orang yang sama dengan ayahnya”

Lyra mengepalkan tangannya rapat, gemetarnya sedikit reda begitu ia menyentuh kasur. Namun tampaknya ia juga sedang mencoba berdamai dengan ketakutannya. Seolah memaki diri sendiri untuk tenang tapi ia tak dapat melakukannya dengan baik.

“Lalu bagaimana? Apa dia butuh terapis atau psikolog?” Tanya Kyungsoo

“Dia butuh medis untuk reaksi muntah-muntahnya, tapi tidak untuk obat, jangan pernah memasukkan obat apapun tanpa sepengetahuan kami.” Dokter itu baru saja selesai dengan popok si bayi, yang kini meringkuk di kasur. “Bagaimana dengan mentalnya?” tanya Chanyeol, “Kupikir kami sungguhan butuh psikolog anak untuknya.” “Untuk saat ini lakukan hypnoparenting. Katakan sesuatu yang baik padanya, jangan di marahi langsung jika ia tahu-tahu berbuat kesalahan. Jelaskan pelan-pelan. Yang jelas, batin kalian harus terkoneksi dulu dengannya, usahakan ia tidak lagi berpikir semua pria sama dengan ayahnya.” Jelas si dokter, “Hubungi aku lebih dulu jika ia semakin mengkhawatirkan, terkadang... seorang psikiater akan langsung memberi obat penenang tanpa mau tahu apa yang sebenarnya di butuhkan si pasien.”


Bayi itu tak bersuara—memang pada dasarnya tak ada suara, bahkan menangis pun hanya terdengar suara cekatan nafasnya atau batuk. Kyungsoo terus mengusap punggung si bayi untuk menenangkannya. “Kau yakin?” tanya Chanyeol lagi, dia pun masih terkejut dengan penolakan si bayi, “Hm?” Mengangguk cepat, “Aku yakin. Aku akan menolongnya.” Menghela nafas. Satu kecupan di layangkan untuk si manis. “Kita. kita yang akan menolongnya.” Bayi itu tertidur pulas setelah dirasanya puas menangis. Mulutnya terbuka——pernafasannya pastilah tersumbat. Dadanya naik-turun, dan sesekali terbatuk atau menggosok hidungnya yang tersumbat. Telunjuk Chanyeol mengulur, mengusap kenyal dipipi si bayi. Lalu menciumnya lembut. “Selamat tidur, sayang.”