Lovelikecyks

Chandra menjalankan mobilnya setelah Diyo selesai menggunakan sabuk pengaman, mereka akan pergi ke supermarket yang ada di mall seperti yang sudah disepakati.

“Pas nyampe, kita langsung ke food court aja supaya langsung makan. Lu udah sarapan kan, Yo?”

Diyo menggeleng.

“Udah jam dua lebih dan lo belom makan? Gimana kalo lu hidup sendiri, Yo? Bisa berhari-hari nggak makan kali lu.”

“Berisik banget lu Chan, kalo makanannya nggak enak-enak banget atau bukan favorit gue males aja makan.”

“Pantes lu pendek, makan aja pilih-pilih.”

“Omongan lu persis banget kek Bokap gue. Lu nyetir aja nggak usah ajak gue ngobrol.”

Chandra menurut. Dia diam, tapi justru membuat Diyo semakin kesal. Chandra menyetir dengan satu tangan sedangkan tangan yang satunya, sikut di senderkan ke pintu dengan jari jemari berada di depan mulut yang ikut bergumam menyanyikan beberapa lirik lagu yang sedang terputar— Off My Face by Justin Bieber. Terlihat sangat keren, tapi menyebalkan di mata Diyo.

Sesampainya di mall mereka memutuskan untuk makan di RamenYa, Diyo yang menawarkan dan Chandranya mau, jadi tidak ada perdebatan mau makan dimana diantara mereka.

Mereka mencari tempat duduk paling pojok dan paling dekat jendela, jadi bisa melihat jalanan yang ada di bawah.

“Lu, mau beli apaan aja Chan?”

“Nggak banyak sih, paling jajan-jananan sama ya... Lu tau kan ntar kita disana bakal minum-minum juga.”

“Ye anjir ujung-ujungnya mabok.”

“Sekalian aja Yo pake toa biar semua orang bisa denger.”

Sebenarnya mabuk sudah bukan hal tabu di perkuliahan. Apalagi di kota-kota besar.

Seolah Dejavu, Chandra sudah menghabiskan makanannya sedangkan Diyo masih malas-malasan mengaduk-aduk makanan yang ada di hadapannya. Bilangnya tidak sesuai selera, padahal dia sendiri yang merekomendasikan untuk makan di tempat ini.

“Abisin dong Yo, mie doang bukan nasi ini.”

“Bantuin.”

“Lu kan dari pagi belum makan, ya kali makan nya cuma segitu doang.”

“Ya gimana, susah buat di kunyah.”

“Langsung telen.”

Diyo menghela nafas. Negosiasi nya tidak berjalan lancar, mau tidak mau dia harus berusaha menghabiskannya.

“Nah gitu dong makan yang banyak biar punya tenaga.”

“Diem lu.”

“Kalo lu makannya dikit ntar nggak ada tenaga buat ngewe.”

Diyo terbatuk, mie yang ada di mulutnya langsung meluncur ke tenggorokan gara-gara perkataan Chandra yang membuatnya tersedak.

Chandra tertawa sambil mendorong segelas air putih kearah Diyo dan menepuk-nepuk punggungnya.

“Mulut lu anjir! Kuat lah.”

“Masa sih? Emang udah pernah?”

“Urusan ranjang gue bukan untuk konsumsi publik.”

“Yo, pas di kosan gue kenapa lo nggak nolak pas gue cium?”

“Penasaran sama rasa colanya.”

“Tapi lo minta nambah?”

“Kan udah gue bilang, anggep aja kejadian itu nggak ada.”

“Mana bisa gue lupain kalo tiap malem gue selalu keinget kejadian itu?”

“Lu beneran homo?”

“Kalo iya, lu bakal jauhin gue?”

“Nggak, biasa aja. Buktinya gue masih temenan sama Bayu kan?”

“Bener biasa aja?”

“Iya Chandra, lagian gue juga sering baca au homo atau nonton anime BL. Bukan berarti gue homo loh ya!”

“Iya, lagian gue juga nggak gimana-gimana. Ga usah panik gitu.”

Bilangnya tidak boleh panik, tapi wajah Chandra justru terlihat sangat meledek membuat Diyo ingin menonjoknya.

Setelah makan mereka langsung ke supermarket untuk berbelanja, cukup melelahkan dan memakan waktu karena selalu bercanda dan berhenti tiap melihat ada sesuatu yang menarik.

“Yo, berhenti dulu.”

“Apaan lagi?”

“Fotoin gue dong.”

“Alay banget sih lu.”

Setelahnya mereka melanjutkan berbelanja dan Chandra berinisiatif membeli bahan-bahan untuk barbeque-an di tepi pantai nanti. Troli belanjaan mereka sampai penuh dan menumpuk.

“Pegel anjir.”

“Ya udah lu cari tempat duduk aja Yo, biar gue yang ngantri buat bayar ke kasir.”

“Yang buat barbeque minta pisah struk belanja nya, biar ntar gue kasih ke Bayu buat mintain patungan.”

“Iya gue tau, udah lu sana cari tempat buat istirahat.”

Semua belanjaan sudah masuk ke mobil, cukup banyak dan untungnya Chandra membawa mobil.

“Masih capek?”

Chandra meneguk minuman yang tadi sempat di belinya.

“Derita remaja jompo ya gini. Ngapa-ngapain pegel, nggak ngapa-ngapain juga pegel.”

Chandra tertawa.

“Mau nonton nggak?”

“Nonton apa?”

“Nonton kebakaran, ya nonton film lah.”

“Ya film apa anjing!”

“Nah gitu dong emosi, nonton apa aja gue mah yang penting sama lu.”

“Ye si anjing. Ya udah buru masuk lagi.”

Disinilah mereka sekarang, duduk di kursi paling pojok belakang. Diyo sangat fokus menonton film pilihan Chandra dan dengan santai memakan pop corn yang ada di pangkuannya.

Sampai di pertengahan film Diyo terkejut karena merasa ada tangan yang menggenggam tangannya, setelah dilihat ternyata Chandra, tapi mata lelaki itu fokus kedepan.

“Chan” ucap Diyo, berusaha menarik tangannya supaya lepas dari genggaman Chandra.

“Sampe film ini selesai doang.”

Akhirnya Diyo pasrah, membiarkan Chandra menggenggam tangannya sampai film selesai.


⚠️ Tag: kissing ⚠️


Bagus sekali.

Baru saja mereka memasuki area parkiran kosan Chandra, hujan langsung turun dengan derasnya. Baik Chandra maupun Diyo tidak ada yang membawa payung karena melihat prakiraan cuaca hari ini memang terang dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan lebat seperti saat ini.

Kamar kost Chandra berada paling ujung hingga membutuhkan waktu dan jarak yang lumayan untuk sampai kesana dan mereka berdua akhirnya memutuskan untuk merobos derasnya air hujan yang datang tanpa diundang tersebut.

Namun Diyo tidak merasakan air hujan membasahi tubuhnya saat ia berlari menerobos derasnya hujan hingga kemudian menyadari kalau Chandra menggunakan jaket denimnya untuk memayungi Diyo dan membiarkan dirinya sendiri basah kuyup diguyur hujan. Diyo berhenti dan menatap Chandra sejenak, “Apaan sih lo Chan, drama banget.”

“Ya elah, pake protes segala. Udah buru lari.”


Kamar kost Chandra cukup rapih dan wangi untuk seorang mahasiswa yang banyak kegiatan dan tugas, sulit untuk meluangkan waktu untuk bersih-bersih sebenarnya. Kamarnya tidak besar, tapi terlihat luas. Ada tempat tidur yang menyatu dengan dapur sekaligus ruang tamu. Ruang makan dan tempat belajar juga karena Diyo melihat ada meja lipat multi fungsi yang terletak tak jauh dari tempat tidur.

Tak lama Chandra keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih meneteskan tetes-tetes air dan baju yang lebih santai. Kaos hitam polos dipadu celana pendek selutut berwarna senada. Untuk sekejap, Diyo cukup terpana dengan penampilan Chandra. Tapi dia dengan cepat mengembalikan akal sehatnya. Karena sangat tidak mungkin dia menyukai lelaki saat di luar sana masih banyak perempuan cantik.

“Yo, lo mau minum apa?.”

“Air putih aja, Chan.”

“Yah... Galon gue abis, Yo. Adanya Cola doang, mau?”

“Ya kalo gitu ngapain tadi lu nanya? Tinggal bilang aja 'Yo, mau Cola nggak?' gitu.”

“Hehehehe, jadi nggak mau nih?”

“Nggak lah, gila aja lu dingin-dingin minum Cola. Udah buruan kita bahas revisi proposalnya aja.”

Diyo sudah duduk di depan meja menatap tulisan-tulisan di laptopnya dengan Chandra yang duduk sangat mepet di sebelahnya, bahkan bahu mereka saling bersinggungan karena Chandra juga harus melihat tulisan-tulisan di layar laptop tersebut.

“Yo, parfume lu wangi banget.”

“Nyengat banget ya wangi parfume pgue?”

“Nggak sih, tapi wanginya kayak cewek.”

“Ngaco. Mana ada wangi kayak cewek atau cowok.”

Chandra tertawa sebelum lanjut fokus menatap layar datar menyala yang ada di depan mereka.

“Ini... Bagian ini hapus aja Yo, ini cuma pengulangan kalimat lo di atas tadi.” Ucap Chandra menunjuk deretan kalimat yang dia maksud dan Diyo segera menghapusnya sesuai arahan Chandra tadi.

“Terus bagian ini ubah jadi....”

Chandra mengoreksi beberapa proposal yang Diyo buat hingga membuatnya haus. Begitu juga dengan Diyo yang merasa matanya mulai panas karena terus menatap layar datar dihadapannya lebih dari dua jam. Badannya juga terasa pegal karena berada di posisi yang sama untuk waktu yang cukup lama. Tapi masih banyak proposal lain yang masih harus diperiksa bersama.

Chandra akhirnya kembali dengan dua kaleng Cola dingin di tangannya.

“Lu laper nggak?” Tanyanya pada Diyo yang sedang meregangkan badan hingga membuat kaus yang digunakannya sedikit terangkat dan memperlihatkan sedikit kulit perut Diyo yang putih, mulus dan sedikit membuncit. Terlihat sangat menggemaskan.

“Laper sih, tapi masih hujan deres kalo gofud kasian Abang kurirnya. Pergi sendiri juga males.”

“Ada ramen, mau nggak?”

“Lu mau bikinin?”

“Nggak. Mau jualan gue.”

“Hahahaha.”

“Mau nggak?”

“Nggak deh Chan, bulan ini gue udah makan mie instan.”

“Ya udah nih, lu minum Cola aja.” Tawar Chandra. Lalu mendorong sekaleng Cola yang belum dibukanya mendekat ke arah Diyo.

“Gue nggak suka Cola dan kok ada ya orang macem lo yang dingin-dingin gini malah minum Cola dingin, nggak deh makasih Chan.”

“Picky banget lo ya, Yo. Root bear minum tapi Cola nggak.”

“Lo tau nggak kenapa orang Amerika banyak yang obesitas? Karena mereka terlalu banyak ngonsumsi junkfood dan minuman bersoda. Lo tuh anak kesehatan tapi life style nya jelek banget.” Cerca Diyo yang membuat Chandra kesal dan ingin meraup bibir Diyo yang terus berbicara dengan tangannya atau mungkin bibirnya?

“Minum sekaleng Cola nggak bakal bikin lo gemuk atau mati keesokan harinya, Diyo Argantara.”

“Oke-oke gue minum. Tapi ntar gue angkat telfon dari adek gue dulu.” Jawab Diyo yang akhirnya mengalah, menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan 'Agar-agar Calling'.

Sementara Diyo keluar untuk berbicara dengan adiknya, sebuah pikiran jahil merasuki otak cemerlang Chandra. Ia mengambil kaleng berwarna merah itu lalu mengocoknya kuat-kuat. Begitu mendengar suara langkah mendekat ia menghentikan aktivitasnya dan kembali menaruh kaleng berwarna merah ke tempat semula.

Diyo mengambil kaleng berwarna merah yang sudah disediakan Chandra untuknya lalu.....

CRATHH!

Semburan Cola keluar dari kaleng yang berada ditangan Diyo dikarenakan tekanan udara yang kuat. Otomatis membuat wajah Diyo basah, ia tersentak kaget atas cairan yang membasahi wajahnya sedetik setelah ia membuka kaleng itu.

Disisi lain, ledakan tawa bahagia keluar dari mulut Chandra.

Rencananya 612% berhasil.

“Ahahahahahahaha.... Hahahahaha..... Hahahaha lo harusnya liat muka lo tadi Yo, sumpah kocak banget. Hahahaha.” Ucap Chandra sembari memegangi perutnya dan menepuk-nepuk lantai dimana ia meringkuk sambil tertawa sekarang.

Diyo tidak mau kalah, ia mengambil kaleng kosong bekas Chandra tadi lalu melemparnya ke arah sang ketua organisasi nya itu.

STRIKE!!!!

Sebuah kaleng mendarat dengan mulus di kening indah dan mempesona milik Chandra.

“Ooops... Sorry, nggak sengaja.” Ucap Diyo dengan menutup mulutnya menggunakan sebelah tangan. Dengan wajah yang dibuat-buat menyesal dan itu membuat Chandra kesal.

“DIYO ARGANTARA!!!!”

Diyo yang merasa terancam langsung berniat melarikan diri. Tapi naas, kakinya langsung ditarik Chandra begitu saja hingga membuatnya oleng dan jatuh di atas tempat tidur Chandra.

“Kena Lo ya!” Seru Chandra. Kedua tangannya kini beralih menggelitiki badan Diyo, hingga membuat pemuda berkacamata itu gelonjotan tidak jelas karena rasa geli yang dirasakannya dibarengi dengan suara tawa yang keluar dari mulut keduanya yang saling bersahutan.

“Hahaha... Ampun Chan, ampun, hahahaha gue cuma bercanda Chan, hahahah Chandra geli.” Pinta Diyo yang diabaikan oleh Chandra.

Setelah dirasa cukup akhirnya Chandra mengehentikan aksinya membuat Diyo lega, tapi nafasnya masih sangat memburu. Posisi mereka yang teramat dekat mengakibatkan mereka berdua bisa merasakan deru nafas masing-masing.

Chandra memperhatikan Diyo yang berada di bawahnya, masih dengan nafas memburu. Diyo yang berada di depan matanya saat ini benar-benar terlihat sangat manis. Ia sangat menikmati pemandangan yang ada di depannya saat ini.

Chandra mendapati sebagian hatinya sangat bersemangat dan wajahnya seketika memerah. Bersama dengan itu detak jantungnya berdetak berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya. Ia tidak tahu apa yang sebenernya terjadi saat ini, satu hal yang pasti ia ingin melihat wajah Diyo lebih dekat lagi.

Lebih dekat lagi.....

..... Lagi.....

— dan lebih dekat lagi....

Hingga ia akhirnya memiringkan kepala dan mendaratkan bibirnya pada bibir pemuda yang ada dibawahnya. Hal itu sontak membuat mata Diyo menjadi lebih bulat dari sebelumnya.

APA YANG DILAKUKAN SI KETUA UMM SAAT INI!!!! Teriak Diyo dalam hati. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya ada didalam otak Chandra hingga bisa berlaku seperti itu. Perasaan malu, kesal, tapi penasaran berbaur menjadi satu di dalam pikirannya.

Chandra melumat bibir atas dan bawahnya bergantian. Dengan lembut dan tidak terburu-buru. Tapi Diyo tersentak kaget saat ia merasakan sebuah lidah masuk kedalam mulutnya tanpa permisi. Sedetik kemudian ia merasakan sesuatu yang manis dan berbau seperti Cola?

Sadar atau tidak Diyo mulai menikmati cumbuan yang diberikan oleh Chandra. Sang dominan tersenyum mendapati respon Diyo yang lebih dari ekspektasi nya. Lelaki mungil itu mengaitkan tangannya di leher Chandra, mencoba memperdalam ciuman mereka.

Kebutuhan oksigen membuat Chandra melepas ciuman mereka. Chandra tahu ia masih kuat bertahan untuk beberapa menit lagi tapi ia merasakan ciuman Diyo yang mulai melemah dan dia yakin Diyo butuh asupan oksigen saat itu juga. Sebelum mengakhiri ciuman panasnya, Chandra memberikan satu kecupan di bibir Diyo yang mesih sedikit terbuka. Dan satu hal baru yang Diyo ketahui kalau rasa Cola bisa semanis ini.

“Gimana rasa Cola nya?” Tanya Chandra sambil tersenyum menatap Diyo yang masih mengatur nafas.

“Mmmm.... Nggak tau, tadi kaget banget jadi nggak ngerasain apa-apa.” Diyo menjilat bibirnya, dan balik menatap Chandra yang juga menatapnya.

“Kayaknya harus coba lagi deh, supaya tahu gimana rasanya.” Lanjut Diyo, dengan sebuah smirk di akhir kalimatnya.

“Ide bagus.” Jawab Chandra. Yang tak lama sudah mulai memakan bibir Diyo lagi.

“Kok lo tiba-tiba ada didepan RS?” Tanya Diyo begitu masuk kedalam mobil.

Bukannya menjawab, Chandra malah balas bertanya. “Kok lo nggak langsung ngegeplak gue lagi?.” Diakhiri dengan suara tawa yang menjengkelkan dan membuatnya mendapatkan satu tabokan manis dari Diyo. “Nih, udah dapet.”

“Bener-bener ya lu, Yo.”

Diyo, mengedipkan bahunya menanggapi perkataan Chandra.

“Kita mau kemana?.” Tanya Chandra sembari menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau dan masuk ke jalan besar nantinya.

“Nggak tau gue.”

“Kosan gue gimana?.”

“Oke.”

Chandra mulai melajukan mobilnya menuju kosan yang sudah dua tahun terakhir ini di tempati nya.

“Mau play musik nggak?.”

“Jauh emang kosan lo?.”

“Nggak sih.”

“Ya udah nggak usah.”

“Kalo gitu lo jangan diem aja biar nggak sepi.”

“Ya ini kan kita lagi ngobrol, Chandra.”

“Hahahaha.”

“Lo benera ngejemput gue?.”

“Nggak, kebetulan lewat aja.”

“Emang lo mau kemana?.”

“Mau ngejemput Sekre UMM.”

“Ga jelas lo.”

Chandra bilang kosannya tidak begitu jauh tapi sudah setengah jam lebih berkendara masih belum sampai juga. Diyo sekarang diam karena ia sudah merasa capek untuk berbicara. Suara dering ponsel Chandra terus terdengar dari beberapa menit yang lalu, tapi sang pemilik menghiraukan nya dan tetap fokus menyetir membuat Diyo yang tadinya fokus menatap kedepan beralih kearah sebelah kanannya dimana ada Chandra yang fokus menyetir dengan kedua tangannya.

“Hp lo bunyi terus, angkat kenapa.”

“Gue nggak bawa earbuds, biarin aja.”

“Gue bantu tempelin di telinga lo”.

“Oh oke, kalo gitu. Bantu ambilin di kantong celana sebelah kanan gue dong.”

Diyo menurut, dia mencondongkan badannya kearah Chandra dan mencoba mengambil di dalam kantong celana Chandra yang masih terus berdering.

Tangan Diyo tidak sengaja menyentuh selangkangan Chandra akibat sang pengemudi menginjak pedal rem tiba-tiba karena ada anak-anak yang begitu saja menyebrang jalan hingga membuat Diyo kehilangan keseimbangan dan berujung membuatnya berada diposisi yang awkward.

Diyo menatap wajah Chandra yang sedikit berada diatasnya dengan tangan nya masih diposisi yang sama seperti tadi, wajahnya tiba-tiba terasa panas tanpa sebeb yang jelas.

“Tangan lo betah disitu?.” Diyo mengerjapkan mata bulatnya hingga tampak semakin lucu dengan semburat merah samar yang mulai menghiasi pipinya. Ia menunduk melihat dimana tangannya berada lalu langsung menjauh dan duduk ditempatnya dengan benar, menghindari Chandra dan memilih melihat pemandangan dari jendela yang ada disebelahnya.

“Lo.... Lo bisa ambil hp Lo sendiri, iya kan sekarang kan udah berhenti.”

Diyo tidak melihat kalau saat ini Chandra sedang tersenyum melihatnya yang salah tingkah.

Ternyata itu adalah telfon dari ibunya yang menanyakan kenapa ia datang ke rumah sakit tapi tidak menemuinya?.

Setelah selesai Chandra lanjut mengemudikan si silver kesayangannya menuju tempat kos nya berada dengan situasi yang canggung tentunya.

“Mau kemana lu?” Tanya Sagara, pada kakaknya yang setengah berlari menuruni tangga.

“Kedepan”

“Ngapain?”

“Laptop gue ketinggalan di mobil, orang nya mau nganterin sekarang”

“Kebangetan emang lo.” Ucap Sagara dengan menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan kakaknya yang sekarang sudah menghilang dibalik pintu.

Chandra langsung turun dari mobilnya dan berjalan kedepan pagar dimana Diyo berdiri.

“Ini.” Mereka bertukar tas laptop yang memiliki warna serta motif yang sama hingga tak bisa dibedakan oleh pemiliknya.

“Sorry ngerepotin lo malem-malem gini.”

“Santai aja Yo, buruan masuk gih diluar dingin.”

Diyo sekejap memperhatikan pakaian nya, hanya kaus pendek dan celana diatas lutut... Ia tadi terburu-buru takut Chandra datang ia belum ada didepan jadi ia tidak memperhatikan penampilannya.

“Sekali lagi makasih ya, Chandra.”

Lelaki pemilik telinga peri itu hanya tersenyum lalu berbalik menuju mobilnya.

“Oh iya Yo” Diyo menaikkan alisnya, penasaran dengan kelanjutan perkataan sang ketua UMM yang tiba-tiba berbalik kearahnya lagi. “Good night, selamat istirahat.” Ucap Chandra sebelum masuk kedalam mobil dan pergi menjauhi kediaman Diyo.

“Tutup dulu laptop lu, makanan nya udah dateng.”

“Nggak laper gue.”

Chandra mengunyah sisa makanan yang masih ada didalam mulutnya sebelum kembali berdebat dengan Diyo yang duduk disebelahnya.

“Ya kalo lu nggak laper ngapain lu mesen makanan?.”

“Lu yang persen bukan gue.”

“Emang tadi lu abis makan apaan sampe nggak laper?.”

“Bawel banget sih lo, mending lo makan aja udah nggak usah ngurusin gue. Kalo laper gue pasti makan.”

Tarikan nafas kasar Diyo terdengar jelas ditelinga lebar Chandra, tapi lelaki itu mengabaikan dan memilih untuk melanjutkan acara makan nya karena Diyo sendiri yang tadi bilang untuk tidak mengurusi urusannya.

“Awww... Ssssshhhh”

Suara rintihan sekaligus desisan dari arah sebelah kanannya cukup membuat Chandra berpaling dari piring nya dan melihat kearah Diyo yang sedang menutup mulut menggunakan telapak tangannya. Chandra baru ingat kalau kemarin Diyo ijin tidak mengikuti rapat karena harus melakukan pemeriksaan gigi.

“Gigi lo Ngilu?.”

Diyo mengangguk.

“Kemaren behel lo habis dikencengin?”

Diyo menganggukkan kepalanya lagi.

Setelah mengajukan dua pertanyaan tadi, Chandra langsung pergi kearah kasir dan tak lama datang dengan segelas air putih hangat. Ia mengambil root bear yang tadi sempat diminum oleh Diyo dan menukarnya dengan air hangat yang baru dibawanya.

“Minum ini aja.” Ucapnya santai dengan meletakkan segelas air bening dihadapan Diyo, sementara ia sendiri meminum minuman bekas Diyo seolah mereka sudah kenal lama dan sangat dekat hingga berbagi gelas yang sama adalah suatu hal yang wajar.

Diyo mengabaikan hal tersebut, ia tak mau ambil pusing. Mungkin saja Chandra orang yang seperti itu, orang yang tak mempermasalahkan berbagi makanan satu sama lain. Ia mulai meminum air hangat yang ada dihadapannya.

“Napa lo? Kok geleng-gelengin kepala?.”

“Nggak.”

“Oh...”

“Tapi emang lo nggak jijik minum minuman bekas gue?.”

Chandra tertawa sebelum menjawab, “jangan-jangan lo geleng-gelengin kepala gara-gara mikir kalo tadi kita ngelakuin indirect kiss?”

Diyo terdiam dengan tatapan sinis yang ia arahkan untuk Chandra yang masih tertawa dan menyuwir-nyuwir ayam yang harusnya sih menjadi porsi milik Diyo.

“Jadi Lo beneran mikir kalo kita ngelakuin indirect kiss?? Hahahahahaha ada-ada aja lo, kita nggak boleh buang-buang makanan lagian kan baru lo minum seteguk ini, ya kali harus dibuang.”

“Ya kan lo bisa lap pinggiran gelasnya dulu.”

Chandra tersenyum menatap Diyo. Alih-alih memberi jawaban atas pertanyaan yang ditujukan padanya ia justru memberikan piring dengan ayam yang sudah di suwir-suwir dan lebih mudah untuk dimakan pastinya.

“Pake hands sanitizer dulu baru makan.”

Diyo tidak mengerti dengan semua perlakuan si ketua UMM padanya, mereka tidak dekat kenapa lelaki calon dokter ini sangat perhatian padanya? Tanpa mengatakan giginya sakit untuk sekedar mengunyah makanan dia dengan suka rela menyuwir-nyuwir ayam untuknya.

“Gue tau gue ganteng, tapi jangan ngeliatin gue mulu, kalo lu jatuh cinta gue yang repot.”

Narsis. Hal baru yang baru Diyo ketahui dari diri seorang Chandra Shangkara. Ia mengabaikan ucapan tidak penting Chandra dan mulai memakan makanannya setelah tadi mengucapkan kata terimakasih. Dengan perlahan Diyo mulai mengunyah makanannya walaupun rasa ngilu tetap masih sangat mendominasi mulut, tapi ia tidak enak kalau tidak memakannya apalagi tadi Chandra sudah repot-repot menyiapkan hal ini supaya ia bisa makan kan?.

Chandra juga melanjutkan memakan sisa nasi dan ayam goreng yang ada dipiring nya. Sesekali ia menoleh kearah Diyo yang beberapa kali terdengar desisan ngilu, tapi tetap berusaha mengunyah makanannya.

Chanyeol yang sedang fokus dengan laptop nya dikagetkan oleh Kyungsoo yang tiba-tiba masuk kedalam kamarnya tanpa salam atau ketukan dipintu terlebih dahulu. Lelaki mungil itu langsung merebahkan dirinya ditempat tidur Chanyeol, menatap langit-langit tanpa melihat kearah Chanyeol yang duduk disebelahnya sama sekali.

“Dikamar kak Chanyeol, beneran nggak kedengeran ternyata.”

“Emang nggak kedengeran apa-apa” Jawab si pemilik kamar yang masih sibuk menarikan jari jemarinya diatas keyboard dengan layar kotak yang menyala.

Kyungsoo mendekat kearah Chanyeol, menyandarkan kepalanya pada pundak kokoh kekasih yang ia akui terlihat amat sangat tampan kalau dilihat dari dekat seperti ini.

“Masih lama kak?”

“Lumayan”

Cup. Kyungsoo mencuri sebuah ciuman di garis rahang Chanyeol, tapi setelahnya ia hanya diam seolah tidak terjadi apa-apa membuat Chanyeol bingung dan menolehkan kepalanya pada si kecil yang ternyata sedang melihat kearahnya juga.

“Kamu kenapa yang?”

“Aku? Nggak papa”

“Kamu sange?”

“Sembarangan aja, emang aneh nyium rahang tunangan sendiri?”

“Nggak aneh sih yang, cuma karena kamu yang ngelakuin makanya jadi aneh.”

“Terus yang nggak aneh siapa? Cewek lain?”

“Nggak gitu, tunggu kakak selesaiin ini dulu. Jangan ganggu kakak dulu, biar bisa cepet selesai”

Tapi yang namanya Kyungsoo, ya susah untuk dibilangin, dia akan tetap melakukan apa yang dia mau.

“Kak, kayaknya besok kakak harus cukuran deh, tadi aku nyium agak kasar gitu”

“Iya besok kakak cukuran, yang kamu diem lima belas menit bisa? Biar kakak cepet selesai”

“Okey.”

Lima belas menit berlalu. Kini Chanyeol sudah berbaring berhadapan dengan Kyungsoo.

“Yang?”

“Hm?”

“Emang kakak mirip capung ya? Bagian mana nya?”

Kyungsoo memperhatikan wajah Chanyeol, mencari letak persamaan diantara kekasihnya dan capung.

“Nggak ada, cuma kalo kakak naik motor, pake helm baju nya lengan pendek terus nggak pake jaket tuh mirip capung.”

“Masa sih?”

“Beneran, coba deh besok ngaca”

“Yang, kamu kenapa bisa cinta sama kakak? Terus waktu kamu tahu kalau kakak jadiin kamu pacar cuma gara-gara Truth or dare doang kenapa kamu nggak langsung marah ke kakak? Dan kenapa kamu bisa nerima kakak lagi? Padahal kakak udah ninggalin luka yang nggak kecil buat kamu”

“Satu-satu dong kak”

“Sayang ibu dong”

“Hahahhahahaha apasih”

“Apasih, tapi ketawa juga”

“Kenapa aku cinta sama kakak? Aku juga sempet nyari apa yang bikin aku suka sama kakak tapi aku nggak nemu jawaban nya, kata orang sih kalo kita menyukai seseorang dan ada alasannya itu namanya cuma sebatas mengagumi, tapi kalau nggak nemu jawaban kenapa kita bisa suka sama dia? Kenapa kita cinta sama dia? Itu berati kita bener-bener suka dan cinta sama dia karena cinta nggak perlu alasan. So'al masalah tod kenapa aku nggak langsung marah ke kakak? Karena aku mau jadi pacar kakak lebih lama, bego? Emang. So'al kenapa aku bisa nerima kakak lagi, awalnya aku mau balas dendam ke kakak, mau bikin kakak ngerasain apa yang ku rasain, tapi setelah aku coba beberapa kali aku justru ikut menderita liat kakak tersakiti gara-gara duriku sendiri, jadi aku memutuskan untuk berdamai dengan diriku dan juga keadaan. Toh ngebalas dendam ke kakak, aku nggak dapet apa-apa selain waktu ku yang kebuang sia-sia, jadi aku lebih milih gunain waktu yang ku punya buat bikin banyak moment sama kakak aja.”

“Terimakasih sayang, mungkin makasih aja nggak bakal cukup buat ngebales semua kebaikan yang kamu kasih ke kakak.”

“Sekarang gantian aku yang nanya ke kakak, sejak kapan kakak suka sama aku?”

“Inget pas kamu mutusin kakak di festival?”

“Inget”

“Hari itu hari ulang tahun nya rael, tapi kakak lebih milih ke festival bareng sama kamu. Awalnya kakak mau nyatain perasaan kakak malam itu, tapi kamu minta putus tanpa ngasih tau kakak alasan nya apa. Kakak juga nggak tau tepatnya kapan mulai suka kamu, yang jelas setelah kita putus kakak ngerasa ada yang hilang dari diri kakak, kakak sadar seberapa penting arti keberadaan kamu untuk hidup kakak, love you, Doh Kyungsoo.”

“Me too”

“Yang, mulai besok kita gopub ya?”

“Maksudnya?”

“Ya kalo dikampus kita bisa gandengan tangan gitu-gitu kayak orang pacaran”

“Emang selama ini kita nyembunyiin status kah kak? Dan aku nggak pernah ngelarang kakak buat ngegandeng atau ngerangkul aku pas dikampus”

“Berarti mulai besok boleh ya?”

“Hm.”

Kyungsoo semakin merapatkan dirinya dengan Chanyeol hingga tubuh mereka nyaris tak bercela. Ia dapat mendengar detak jantung Chanyeol yang sangat ramai didalam sana.

“Kak, lagi maraton?” Goda Kyungsoo pada Chanyeol. Ia tersenyum simpul karena ternyata bukan jantung nya saja yang saat ini seperti sedang mengikuti lomba lari maraton. “Kamu juga sama yang.” Kyungsoo terkikik bahagia mendengarnya.

Jari telunjuk kyungsoo melukis-lukis abstrak pada kaos putih polos yang Chanyeol gunakan. Awalnya ia hanya ingin bermain-main saja disana sampai ia menyentuh sesatu yang mencuat dari balik kaos dan membuat sang pemilik menghentikan kegiatan yang semenjak tadi dilakukan nya yaitu bermain-bermain dengan rambut Kyungsoo yang sangat wangi dan halus hingga membuatnya ingin menyentuh terus menerus.

“Yang.....”

“Apa?” Kyungsoo mendongakkan wajahnya

“Jauhin tangannya dari situ”

Kyungsoo menurut. Ia menjauhkan tangan nya dari dada bagian Kiri Chanyeol, tapi beralih mencium dada bagian kanan tunangan nya. Tidak berhenti sampai disitu ia juga menggesekkan lututnya pada sesuatu yang berada diantara selangkangan sang kekasih yang ternyata sudah mulai menegang. Ia tersenyum melihat ekspresi nikmat tapi tersiksa karena tidak bisa melampiaskan yang ada pada wajah, Chanyeol.

“Katanya nggak sangean, tapi udah tegang”

“Ya makanya jangan dipegang-pegang”

“Aku nggak megang”

Benar. Kyungsoo tidak memegangnya, ia hanya memberikan sedikit sentuhan saja.

Chanyeol memejamkan matanya, berusaha mengendalikan dirinya agar ia tidak lepas kendali menghadapi Kyungsoo yang sedikit nakal malam ini. Namun alih-alih terkendali, dirinya justru larut dalam permainan akibat ciuman dan jilatan yang Kyungsoo lakukan pada leher jenjang nya. Ia membuka mata, pandangan nya bertemu dengan manik Kyungsoo yang sedikit tidak terbaca olehnya. Apa malam ini Kyungsoo menginginkan nya?.

“Kak...” Lepas sudah kendali yang dipertahankan Chanyeol sedari tadi karena panggilan Kyungsoo yang berbeda dari biasanya, panggilan Kyungsoo kali ini terdengar lebih seksi—seolah mengundang nya untuk melakukan hal yang sama seperti yang Kyungsoo mulai.

Netra Chanyeol terkunci pada tatapan teduh Kyungsoo yang kini sudah menempelkan bibir kenyal dan manis nya—yang ia sebut bagai permen yupi—pada bibirnya. Tanpa mendapatkan perintah dari otaknya, mata Kyungsoo mulai terpejam dan bibirnya mulai bergerak, melumat bibir bagian atas dan bawah Chanyeol bergantian. Chanyeol tersenyum simpul sebelum mulai membalas ciuman Kyungsoo. Tidak sia-sia dulu ia sering mengajak Kyungsoo berciuman karena buah manisnya sekarang sudah bisa ia nikmati. Kyungsoo sudah tahu bagaimana cara mendapat dan memberi kenikmatan saat berciuman.

Pria itu kemudian membuka mulutnya, membiarkan Kyungsoo mengobrak abrik mulutnya sepuasnya. Salah satu tangan nya menahan tengkuk Kyungsoo—bermaksud untuk memperdalam ciuman mereka, sementara tangan yang satunya masuk kedalam kaus yang Kyungsoo kenakan, merabai setiap jengkal halusnya kulit punggung Kyungsoo.

Tak ada satupun dari mereka yang mencoba untuk berhenti. Kenyataan nya, mereka sudah terbuai dengan sensasi gelenyar dari ciuman yang semakin memabukkan itu.

Chanyeol membaliklan posisi dan membuat Kyungsoo terlentang pasrah dibawah kungkungan nya. Tautan diantara mereka terlepas karena masing-masing dari mereka masih memerlukan yang namanya oksigen. Tatapan memuja yang Chanyeol berikan pada Kyungsoo jelas bisa pria mungil itu rasakan. Kyungsoo terlihat semakin cantik dengan bibir terbuka yang sedikit bengkak, nafas yang naik turun dan rambut yang sedikit berantakan. Dimata Kyungsoo juga, Chanyeol yang berada diatasnya saat ini terlihat jauh lebih tampan dari biasanya. Ia sangat suka tatapan memuja dan menginginkannya yang terlihat sangat jelas dimata Chanyeol saat ini.

Chanyeol menciumi leher mulus Kyungsoo yang dapat dipastikan besok pagi sudah tidak mulus lagi akibat ciuman, hisapan, bahkan gigitan yang sedang ia buat saat ini.

“Ah.... khakhhh”

“Jangan ditahan sayang, desahin nama kakak lebih keras lagi”

Bibirnya masih sibuk memberikan jilatan, hisapan dan gigitan untuk leher Kyungsoo, sementara kedua tangan nya berusaha menyingkap kaus yang Kyungsoo kenakan, tapi aksinya terhenti karena tangan Kyungsoo yang kembali menutup kaus nya, tidak mengijinkan Chanyeol untuk berbuat lebih jauh lagi padanya.

Ingatan tentang percintaan pertama mereka tiba-tiba terputar diingatan Kyungsoo seperti roll film yang sedang berputar. Ingatan tentang siapa yang Chanyeol sebut saat mereka bercinta dulu hadir lagi membuat Kyungsoo takut jika kali ini mereka akan melakukan hal yang sama, mungkin nama yang keluar dari mulut pria itu adalah nama orang lain lagi, bukan dirinya, Doh Kyungsoo. Ia memang tidak ingin mengungkit atau terjebak dimasa lalu, tapi rasa sakit dan takut yang ia rasakan tidak bisa ia abaikan begitu saja.

Mendapati penolakan, Chanyeol kemudian mencium kening Kyungsoo cukup lama, setelahnya ia kembali berbaring disebelah Kyungsoo, menelusupkan tangan nya untuk dijadikan bantal oleh Kyungsoo dan membawa tunangan mungilnya masuk kedalam dekapan hangat nya—yang semoga bisa menenangkan hatinya yang sedang gunda gulana.

“Maaf kak”

“Kamu nggak salah apa-apa, jadi jangan minta maaf”

Chanyeol memberikan ciuman bertubi-tubi pada puncak kepala Kyungsoo.

“Pelan-pelan aja sayang, nggak usah buru-buru. Kakak bakal nunggu kamu sampai kamu siap, kapanpun dan selama apapun itu”


Last year

Orang bilang masa SMA adalah masa paling indah, bahkan sampai ada lagu nya segala iyakan? Jadi ya gue otomatis excited banget pas pertama kali masuk sekolah. Sekolah baru, lingkungan dan teman-teman baru nggak sabar buat mulai cerita baru disini.

Denger-denger dari orang yang nggak ngomong, siswa disekolah ini tuh katanya cakep-cakep semua tapi kayaknya itu cuma hoax doang deh, sejauh mata memandang nggak ada yang cakep banget nggak apa, kakak ketua osis juga biasa aja. Cakep sih but not my style. Sampai masuklah kakak kelas yang ngenalin dirinya sebagai kakak pembimbing dari kelas gue yaitu sepuluh mipa tiga.

“Selamat pagi semuanya”

“Pagi kakkkk!!!!!” Jawab temen-temen sekelas dengan penuh semangat apalagi anak-anak cewek beuhhhh udah kayak tamia yang baru ganti baterai, kenceng banget.

“Selamat datang di Exordium high school, perkenalkan nama kakak, Park Chanyeol kalian bisa panggil kak Chanyeol aja”

“Kak” tiba-tiba ada satu murid cewek yang ngangkat tangan

“Iya, kamu kenapa?”

“Kalo manggil sayang boleh?” Sontak aja sekelas langsung ribut bercie-cie ria sementara kak Chanyeol nya malah senyum malu-malu tapi mau gitu, tapi ya dia emang cakep banget apalagi kalo senyum gitu lesung pipi nya makin keliatan jadi kadar cakep nya nambah berkali-kali lipat.

Terlepas dari kaki nya yang panjang banget kayak tiang jemuran, telinga nya yang mirip peri di harry potter kak Chanyeol emang ganteng banget dan kayaknya gue suka sama dia, hehe. Love at the first sight???? Ya bisa dibilang begitu.

Selama tiga hari menjalani masa orientasi siswa gue seneng banget, iyalah gimana nggak seneng orang tiap hari bisa liat kak Chanyeol senyum dan ketawa mulu.

Hari ketiga. Hari terakhir, rasanya gue nggak rela, nggak mau berakhir, mau gini aja terus, nggak belajar nggak apa-apa deh beneran, orang gue nggak pinter juga, tapi setiap ada awal pasti ada akhir iya kan? Jadi ya kegiatan nggak guna tapi mengasyikkan ini harus berakhir. Di hari terakhir ini kita diminta untul membuat satu surat yang ditujukan untuk kakak pembimbing favorit masing-masing dan ya sudah pasti aku akan mengirim surat untuk kak Chanyeol tercintahhhh muehehehehehe.

Namun ternyata aku salah... bikin surat nggak segampang yang gue bayangin, nggak tau udah habis berapa kertas karena stuck, salah nulis, salah kalimat dan salah-salah lain nya, tapi akhirnya gue berhasil bikin sepucuk surat untuknya, asekkkkk.

Surat yang kalian baca tadi hanya ada dalam angan-angan gue aja karena surat yang nyampe ke kak Chanyeol cuma sampe bagian gambar doang, tulisan yang dibawahnya ternyata nggak gue tulis karena ketiduran dan besoknya gue bangun telat jadi buru-buru nggak sempet ngecek main langsung masukin ke tas aja, ditambah Baekhyun, juga udah nungguin di depan katanya. Pinter nya lagi nyampe sekolah pun nggak gue cek lagi main kasih ke kakak pembimbing aja.

Setelah semua surat dikumpulin. Semua kakak pembimbing kayaknya pada bacain surat itu deh jadi kita-kita nggak ada kegiatan. Lagi enak-enak nya ngebobrok bareng Baekhyun tiba-tiba Kak Chanyeol masuk kelas dan jalan nyamperin ke meja gue ngebuat seisi kelas yang tadinya rame banget langsung sepi kayak ruang ujian.

Dia berdiri disamping meja gue sambil smirk gitu, wahhh gila sih dia ganteng banget. Gue udah deg-degan karena di deketin bisa dibilang 'Crush' makin nggak karuan pas kak Chanyeol nyondongin badan nya ke depan gue sampe jarak muka kita deket banget bahkan gue bisa nyium parfum nya dia, jantung gue udah nggak normal, otak gue apalagi udah nggak tau bisa mikir apa nggak. Satu sih yang gue takutin, takut kak Chanyeol ngedenger suara detak jantung gue.

“Boleh liat buku catatan lo?” Gue cuma ngangguk dan buka buku catatan gue. “Bener kan emang lo” Kak chanyeol ngeluarin kertas warna biru dan gue yakin banget itu surat yang gue tulis buat dia, dan bener aja itu emang surat gue tapi yang bikin kaget ternyata oh ternyata surat nya lebih kayak orang yang lagi nayatain kebencian dan ngajak perang. Gue nggak bisa membela diri, otak gue juga masih belum berfungsi sampe kak Chanyeol pergi ninggalin kelas sama senyum yang gue nggak bisa ngartiin itu senyum apa.

Setelah kejadian itu gue nggak berani ketemu dia, tiap ada dia gue selalu ngehindar. Gue cuma bisa ngeliat dari jauh, gue rela pergi jam enam pagi cuma buat liat dia dateng ke sekolah sama vespa biru nya dan berhayal kalau suatu saat nanti gue juga bisa kali ya diboncengin di vespa biru itu, padahal udah jelas nggak akan mungkin.

Beruntung juga karena kelas gue masih bisa ngeliat kelas nya kak Chanyeol, jadi tiap jam istirahat gue bisa liat dia main gitar sambil nyanyi-nyanyi sama temen-temen nya. Kak Chanyeol, tuh makin ganteng kalo megang gitar apalagi kalo pale kacamata, beuhhh idol korea juga kalah, nggak ada apa-apanya.

Dan kalian tahu nggak lama dari tragedi capung kak Chanyeol pacaran sama anak kelas sebelah, sakit banget cuy lihat dia pacaran tiap hari, tapi anehnya makin sakit kok gue makin suka? Bahkan sampe sekarang gue masih suka sama dia.

Kesalahpahaman satu tahun lalu masih belum terselesaikan tapi sekarang justru ada masalah baru, yaitu gue jadi partner prom night nya Kak Chanyeol. Waktu acara kelulusan tahun lalu aja pas kak Chanyeol dan band nya perform gue minta tolong sama Baekhyun buat videoin karena gue nggak bisa ngevideo, tangan gue tremor so'alnya. Apalagi ini prom night yang kemungkinan gue bakal nari bareng sama dia, oh my goshhhhhhh ini anugerah atau musibah sebenernya?.

TRAGEDI CAPUNG


Last year

Orang bilang masa SMA adalah masa paling indah, bahkan sampai ada lagu nya segala iyakan? Jadi ya gue otomatis excited banget pas pertama kali masuk sekolah. Sekolah baru, lingkungan dan teman-teman baru nggak sabar buat mulai cerita baru disini.

Denger-denger dari orang yang nggak ngomong siswa disekolah ini tuh katanya cakep-cakep semua tapi kayaknya itu cuma hoax doang deh, sejauh mata memandang nggak ada yang cakep banget nggak apa, kakak ketua osis juga biasa aja. Cakep sih but not my style. Sampai masuklah kakak kelas yang ngenalin dirinya sebagai kakak pembimbing dari kelas gue yaitu sepuluh mipa tiga.

“Selamat pagi semuanya”

“Pagi kakkkk!!!!!” Jawab temen-temen sekelas dengan penuh semangat apalagi anak-anak cewek beuhhhh udah kayak tamia yang baru ganti baterai, kenceng banget.

“Selamat datang di Exordium high school, perkenalkan nama kakak, Park Chanyeol kalian bisa panggil kak Chanyeol aja”

“Kak” tiba-tiba ada satu murid cewek yang ngangkat tangan

“Iya, kamu kenapa?”

“Kalo manggil sayang boleh?” Sontak aja sekelas langsung ribut bercie-cie ria sementara kak Chanyeol nya malah senyum malu-malu tapi mau gitu, tapi ya dia emang cakep banget apalagi kalo senyum gitu lesung pipi nya makin keliatan jadi kadar cakep nya nambah berkali-kali lipat.

Terlepas dari kaki nya yang panjang banget kayak tiang jemuran, telinga nya yang mirip peri di harry potter kak Chanyeol emang ganteng banget dan kayaknya gue suka sama dia, hehe. Love at the first sight???? Ya bisa dibilang begitu.

Selama tiga hari menjalani masa orientasi siswa gue seneng banget, iyalah gimana nggak seneng orang tiap hari bisa liat kak Chanyeol senyum dan ketawa mulu.

Hari ketiga. Hari terakhir, rasanya gue nggak rela, nggak mau berakhir, mau gini aja terus, nggak belajar nggak apa-apa deh beneran, orang gue nggak pinter juga, tapi setiap ada awal pasti ada akhir iya kan? Jadi ya kegiatan nggak guna tapi mengasyikkan ini berakhir. Di hari terakhir ini kita diminta untul membuat satu surat yang ditujukan untuk kakak pembimbing favorit masing-masing dan ya sudah pasti aku akan mengirim surat untuk kak Chanyeol tercintahhhh muehehehehehe.

Namun ternyata aku salah... bikin surat nggak segampang yang gue bayangin, nggak tau udah habis berapa kertas karena stuck, salah nulis, salah kalimat dan salah-salah lain nya, tapi akhirnya gue berhasil bikin sepucuk surat untuknya, asekkkkk.

https://www.linkpicture.com/q/Screenshot_20220608-134522_Photo-Editor.jpg

Surat yang kalian baca tadi hanya ada dalam angan-angan gue aja karena surat yang nyampe ke kak Chanyeol cuma sampe bagian gambar doang, tulisan yang dibawahnya ternyata nggak gue tulis karena ketiduran dan besoknya gue bangun telat jadi buru-buru nggak sempet ngecek main langsung masukin ke tas aja karena Baekhyun juga udah nungguin di depan katanya. Pinter nya lagi nyampe sekolah pun nggak gue cek lagi main kasih ke kakak pembimbing aja.

Setelah semua surat dikumpulin. Semua kakak pembimbing kayaknya pada bacain surat itu deh jadi kita-kita nggak ada kegiatan. Lagi enak-enak nya ngebobrok bareng Baekhyun tiba-tiba Kak Chanyeol masuk kelas dan jalan nyamperin ke meja gue ngebuat seisi kelas yang tadinya rame banget langsung sepi kayak ruang ujian.

Dia berdiri disamping meja gue sambil smirk gitu, wahhh gila sih dia ganteng banget. Gue udah deg-degan karena di deketin bisa dibilang 'Crush' makin nggak karuan pas kak Chanyeol nyondongin badan nya ke depan gue sampe jarak muka kita deket banget bahkan gue bisa nyium parfum nya dia, jantung gue udah nggak normal, otak gue apalagi udah nggak tau bisa mikir apa nggak. Satu sih yang gue takutin, takut kak Chanyeol ngedenger suara detak jantung gue.

“Boleh liat buku catatan lo?” Gue cuma ngangguk dan buka buku catatan gue. “Bener kan emang lo” Kak chanyeol ngeluarin kertas warna biru dan gue yakin banget itu surat yang gue tulis buat dia, dan bener aja itu emang surat gue tapi yang bikin kaget ternyata oh ternyata surat nya lebih kayak orang yang lagi nayatain kebencian dan ngajak perang. Gue nggak bisa membela diri, otak gue juga masih belum berfungsi sampe kak Chanyeol pergi ninggalin kelas sama senyum yang gue nggak bisa ngartiin itu senyum apa.

Setelah kejadian itu gue nggak berani ketemu dia, tiap ada dia gue selalu ngehindar. Gue cuma bisa ngeliat dari jauh, gue rela pergi jam enam pagi cuma buat liat dia dateng ke sekolah sama vespa biru nya dan berhayal kalau suatu saat nanti gue juga bisa kali ya diboncengin di vespa biru itu, padahal udah jelas nggak akan mungkin.

Beruntung juga karena kelas gue masih bisa ngeliat kelas nya kak Chanyeol, jadi tiap jam istirahat gue bisa liat dia main gitar sambil nyanyi-nyanyi sama temen-temen nya. Kak Chanyeol, tuh makin ganteng kalo megang gitar apalagi kalo pale kacamata, beuhhh idol korea juga kalah, nggak ada apa-apanya.

Dan kalian tahu nggak lama dari tragedi capung kak Chanyeol pacaran sama anak kelas sebelah, sakit banget cuy lihat dia pacaran tiap hari, tapi anehnya makin sakit kok gue makin suka? Bahkan sampe sekarang gue masih suka sama dia.

Kesalahpahaman satu tahun lalu masih belum terselesaikan tapi sekarang justru ada masalah baru, yaitu gue jadi partner prom night nya Kak Chanyeol. Waktu acara kelulusan tahun lalu aja pas kak Chanyeol dan band nya perform gue minta tolong sama Baekhyun buat videoin karena gue nggak bisa ngevideo, tangan gue tremor so'alnya. Apalagi ini prom night yang kemungkinan gue bakal nari bareng sama dia, oh my goshhhhhhh ini anugerah atau musibah sebenernya?.


Last year

Orang bilang masa SMA adalah masa paling indah, bahkan sampai ada lagu nya segala iyakan? Jadi ya gue otomatis excited banget pas pertama kali masuk sekolah. Sekolah baru, lingkungan dan teman-teman baru nggak sabar buat mulai cerita baru disini.

Denger-denger dari orang yang nggak ngomong siswa disekolah ini tuh katanya cakep-cakep semua tapi kayaknya itu cuma hoax doang deh, sejauh mata memandang nggak ada yang cakep banget nggak apa, kakak ketua osis juga biasa aja. Cakep sih but not my style. Sampai masuklah kakak kelas yang ngenalin dirinya sebagai kakak pembimbing dari kelas gue yaitu sepuluh mipa tiga.

“Selamat pagi semuanya”

“Pagi kakkkk!!!!!” Jawab temen-temen sekelas dengan penuh semangat apalagi anak-anak cewek beuhhhh udah kayak tamia yang baru ganti baterai, kenceng banget.

“Selamat datang di Exordium high school, perkenalkan nama kakak, Park Chanyeol kalian bisa panggil kak Chanyeol aja”

“Kak” tiba-tiba ada satu murid cewek yang ngangkat tangan

“Iya, kamu kenapa?”

“Kalo manggil sayang boleh?” Sontak aja sekelas langsung ribut bercie-cie ria sementara kak Chanyeol nya malah senyum malu-malu tapi mau gitu, tapi ya dia emang cakep banget apalagi kalo senyum gitu lesung pipi nya makin keliatan jadi kadar cakep nya nambah berkali-kali lipat.

Terlepas dari kaki nya yang panjang banget kayak tiang jemuran, telinga nya yang mirip peri di harry potter kak Chanyeol emang ganteng banget dan kayaknya gue suka sama dia, hehe. Love at the first sight???? Ya bisa dibilang begitu.

Selama tiga hari menjalani masa orientasi siswa gue seneng banget, iyalah gimana nggak seneng orang tiap hari bisa liat kak Chanyeol senyum dan ketawa mulu.

Hari ketiga. Hari terakhir, rasanya gue nggak rela, nggak mau berakhir, mau gini aja terus, nggak belajar nggak apa-apa deh beneran, orang gue nggak pinter juga, tapi setiap ada awal pasti ada akhir iya kan? Jadi ya kegiatan nggak guna tapi mengasyikkan ini berakhir. Di hari terakhir ini kita diminta untul membuat satu surat yang ditujukan untuk kakak pembimbing favorit masing-masing dan ya sudah pasti aku akan mengirim surat untuk kak Chanyeol tercintahhhh muehehehehehe.

Namun ternyata aku salah... bikin surat nggak segampang yang gue bayangin, nggak tau udah habis berapa kertas karena stuck, salah nulis, salah kalimat dan salah-salah lain nya, tapi akhirnya gue berhasil bikin sepucuk surat untuknya, asekkkkk.

Surat yang kalian baca tadi hanya ada dalam angan-angan gue aja karena surat yang nyampe ke kak Chanyeol cuma sampe bagian gambar doang, tulisan yang dibawahnya ternyata nggak gue tulis karena ketiduran dan besoknya gue bangun telat jadi buru-buru nggak sempet ngecek main langsung masukin ke tas aja, ditambah Baekhyun juga udah nungguin di depan katanya. Pinter nya lagi nyampe sekolah pun nggak gue cek lagi main kasih ke kakak pembimbing aja.

Setelah semua surat dikumpulin. Semua kakak pembimbing kayaknya pada bacain surat itu deh jadi kita-kita nggak ada kegiatan. Lagi enak-enak nya ngebobrok bareng Baekhyun tiba-tiba Kak Chanyeol masuk kelas dan jalan nyamperin ke meja gue ngebuat seisi kelas yang tadinya rame banget langsung sepi kayak ruang ujian.

Dia berdiri disamping meja gue sambil smirk gitu, wahhh gila sih dia ganteng banget. Gue udah deg-degan karena di deketin bisa dibilang 'Crush' makin nggak karuan pas kak Chanyeol nyondongin badan nya ke depan gue sampe jarak muka kita deket banget bahkan gue bisa nyium parfum nya dia, jantung gue udah nggak normal, otak gue apalagi udah nggak tau bisa mikir apa nggak. Satu sih yang gue takutin, takut kak Chanyeol ngedenger suara detak jantung gue.

“Boleh liat buku catatan lo?” Gue cuma ngangguk dan buka buku catatan gue. “Bener kan emang lo” Kak chanyeol ngeluarin kertas warna biru dan gue yakin banget itu surat yang gue tulis buat dia, dan bener aja itu emang surat gue tapi yang bikin kaget ternyata oh ternyata surat nya lebih kayak orang yang lagi nayatain kebencian dan ngajak perang. Gue nggak bisa membela diri, otak gue juga masih belum berfungsi sampe kak Chanyeol pergi ninggalin kelas sama senyum yang gue nggak bisa ngartiin itu senyum apa.

Setelah kejadian itu gue nggak berani ketemu dia, tiap ada dia gue selalu ngehindar. Gue cuma bisa ngeliat dari jauh, gue rela pergi jam enam pagi cuma buat liat dia dateng ke sekolah sama vespa biru nya dan berhayal kalau suatu saat nanti gue juga bisa kali ya diboncengin di vespa biru itu, padahal udah jelas nggak akan mungkin.

Beruntung juga karena kelas gue masih bisa ngeliat kelas nya kak Chanyeol, jadi tiap jam istirahat gue bisa liat dia main gitar sambil nyanyi-nyanyi sama temen-temen nya. Kak Chanyeol, tuh makin ganteng kalo megang gitar apalagi kalo pale kacamata, beuhhh idol korea juga kalah, nggak ada apa-apanya.

Dan kalian tahu, nggak lama dari tragedi capung kak Chanyeol pacaran sama anak kelas sebelah, sakit banget cuy lihat dia pacaran tiap hari, tapi anehnya makin sakit kok gue makin suka? Bahkan sampe sekarang gue masih suka sama dia.

Kesalahpahaman satu tahun lalu masih belum terselesaikan tapi sekarang justru ada masalah baru, yaitu gue jadi partner prom night nya Kak Chanyeol. Waktu acara kelulusan tahun lalu aja pas kak Chanyeol dan band nya perform gue minta tolong sama Baekhyun buat videoin karena gue nggak bisa ngevideo, tangan gue tremor so'alnya. Apalagi ini prom night yang kemungkinan gue bakal nari bareng sama dia, oh my goshhhhhhh ini anugerah atau musibah sebenernya?.

“Jangan ngeliatin terus.”

“Tadi aku mau bantu nggak boleh, terus aku ngapain lagi kalo nggak ngeliatin kamu? Lagian sayang banget kalo view seindah ini nggak dinikmatin.”

“Cieeeee, pipi nya merah tuh.”

“Panas tau, kan ngadepin kompor.”

“Hahahaha.”

“Park Chanyeol sialan, bisa-bisanya dia ketawa disaat gue lemas, letih, lunglai kayak pasta yang lagi gue rebus”.