⚠️ Tags: 🔞, bxb, nsfw, dirty talk ⚠️
Diyo bilang kalau dia ada di kosan Chandra bukan? Tapi kenapa saat Chandra memasuki kosannya tidak ada sedikitpun bias cahaya disana, semuanya gelap gulita. Apa Diyo hanya mengerjainya?
Akhirnya Chandra memutuskan untuk berjalan ke kamarnya. Ternyata kekasihnya ada disana, Diyo berbaring miring di atas kasurnya, menggunakan Hoodie hitam milik Chandra tanpa menggunakan celana hingga mengekspose paha putih mulusnya, seolah memang sedang menunggu kedatangan Chandra.
Chandra menyeringai tipis melihat Diyo yang saat ini sedang berpura-pura tidur, ia duduk di tepian kasur, tangannya meraih tubuh Diyo hingga membuat lelaki itu terlentang.
“Nggak usah pura-pura tidur sayang.”
“Diajak ngewe aja pulang cepet.”
Chandra terkekeh, tapi tidak membantah karena memang benar adanya, lagi pula mana mungkin ia melewatkan tawaran bagus seperti ini.
“Ya kalo kamu nggak mau, aku sih gapapa.”
“Aku udah bersih-bersih ya kemaren malem, ya kali hari ini nggak dipake.”
“Wow.... Pacarku bener-bener binal, dan akan aku pastiin kamu dapet hukuman yang setimpal karena udah ngebuat aku ninggalin temen kerja kelompok gitu aja.”
Diyo dibuat merinding dengan kata-kata penuh kode seduktif yang Chandra ucapkan.
Jemari Chandra mengusap pelipis Diyo, menyingkirkan beberapa helai rambut dari wajah kekasih mungilnya, turun ke leher jenjang dan mulus yang pernah ia cicipi. Jari-jemarinya mengelus lebih intens bagian tulang belikat Diyo.
Chandra menjilat bibirnya sendiri.
Tubuhnya membungkuk dan menindih tubuh Diyo, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Diyo yang melihatnya dengan tatapan sayu, membuat Chandra semakin ingin menggagahi Diyo.
Chandra menciumi wajah Diyo dengan kecupan-kecupan ringan bibirnya, membuat Diyo mendesah tertahan menerima perlakuannya.
Bibir Chandra saat ini sedang mengecupi leher Diyo. Gigitan gemas sesekali Chandra berikan pada leher sang kekasih yang semakin menengadahkan kepalanya, memberinya ruang untuk lebih mengeksplorasi lehernya.
Setelah Chandra berhasil meloloskan Hoodie yang dipakai oleh kekasihnya. Mata Chandra tidak berkedip saat melihat hamparan dada mulus yang terdapat satu bekas keunguan yang dibuatnya tempo hari, dengan kedua puting yang menegang sempurna. Dada yang bergerak seiring dengan tarikan nafas pemiliknya.
Kini giliran tonjolan mungil berwarna coklat milik Diyo yang menjadi sasarannya, Chandra mencubit puting itu dengan cukup kasar hingga membuat Diyo hampir memekik.
Namun Chandra sudah menduga hal seperti itu akan terjadi maka sebelumnya, ciuman yang tadinya di leher ia pindahkan ke mulut sang kekasih. Chandra mengulum mulut Diyo dengan ganas dan nafas yang memburu, lidah Chandra berhasil masuk ke dalam mulutnya, bergerak menjilati seluruh permukaan mulut Diyo membuat sang empunya mendesah tanpa bisa ditahan, lidah Diyo yang sekarang sudah lebih pintar dari sebelumnya diajak untuk ikut meramaikan suasana, dijilat dan ditarik oleh Chandra.
Kedua tangan Diyo mengalung pada leher Chandra. Menarik pemuda itu lebih dekat dan memiringkan kepalanya sedikit, memperdalam cumbuan basah mereka. Suara kecipak yang terdengar menambah suasana panas yang mereka ciptakan.
Chandra melepaskan ciumannya yang meninggalkan suara kecupan basah dan nafas terengah dari Diyo.
Tak lama bibir berbentuk hati itu mulai mengeluarkan erangan, “akhhh—Andra....” Mengerang merasakan setiap sentuhan dari bibir dan jilatan kekasihnya.
Tubuh Diyo terasa terbakar merasakan setiap rangsangan pada puting kanannya yang tengah Chandra jilat, hisap dan gigit gemas, tangan Chandra memelin keras puting kirinya.
Chandra mengelus bagian dada dan perut Diyo hingga membuat Diyo menggeliat merasakan sentuhannya.
Kegiatan keduanya semakin seduktif, cumbuan di bibir itu mengawali cumbuan lain di sekujur tubuh Diyo. Meninggalkan berbagai macam bentuk bercak kemerahan dari leher, dada, hingga ke perut miliknya. Diyo saat ini hanya bisa melenguh dan mendesah dengan tangan yang mencengkram setiap helaian rambut Chandra.
Chandra terus memberikan elusan dari lutut hingga pangkal paha dekat dengan selangkangannya membuat tubuh bagian bawah Diyo bergetar hebat.
“A—Andrahhh...”
Paha dalam Diyo adalah sasaran Chandra berikutnya, elusan yang menggelitik perut Diyo semakin gencar Chandra lakukan. Sentuhan-sentuhan ringan tidak sengaja yang menyentuh balutan celana dalamnya menambah erangan Diyo, dan saat tangan Chandra menyentuh penis yang berada celana dalamnya. “Chan— akhhh!” Diyo memekik dengan tubuh bergetar.
Tatapan Diyo saat ini mengisyaratkan sesuatu yang tak bisa ia terjemahkan sendiri, Diyo harap tanpa ia harus mengatakan sepatah katapun Chandra akan mengerti apa yang dibutuhkannya saat ini.
“Jangan keras-keras sayang, nanti kamar sebelah denger” bisik Chandra seduktif melepas sebentar ciumannya.
“Ughhh~” Diyo melenguh.
Getaran hangat di kulit lehernya saat Chandra mengucapkan kata sungguh membuat sekujur tubuhnya meremang.
Chandra kembali menciumnya, mengalungkan tangan Diyo kembali ke belakang lehernya.
Tangan Chandra menyentuh sesuatu yang panjang dan menegang, mulai mengocok penis Diyo di luar celana dalamnya. Chandra sengaja menggesekkan telapak tangannya dengan sedikit ganas dan ditekan.
Diyo melebarkan kaki dan pinggulnya bergerak sesuai dengan tangan Chandra. Rasanya sesak ia ingin melepaskan celana dalamnya tapi Chandra tak mengijinkan.
Gerakan tangan Chandra semakin cepat, bahkan jepitan jari-jari Chandra di penis Diyo yang masih terbungkus celana semakin kuat, seolah memerah sambil terus menggesek.
“Sayang, saat ini kamu terlihat sangat menggairahkan.”
Mendengar bisikan erotis tersebut, Diyo tak dapat menahan klimaksnya lebih lama lagi, rangkulan di tengkuk Chandra semakin erat, kakinya semakin dilebarkan dan saat klimaks menghampirinya ia spontan mengangkat bokongnya ke atas.
“Andrahhhhhh!” Seru Diyo tertahan.
Sambil tersenyum tipis Chandra menarik tangannya keluar dari celana Diyo, dan dapat dilihat olehnya cairan putih kental sudah melumuri tangannya.
“Cepet banget yang datengnya.”
“Curang, aku hampir telanjang kamu masih berpakaian lengkap.”
“Lepasin kalo gitu.”
Chandra menjilati sisa cairan milik Diyo yang menempel di tangannya tanpa jijik berbanding terbalik dengan sang empunya yang terlihat sedikit jijik.
Tak lama Diyo membalik posisi, kini ia duduk diatas paha Chandra. Membuka satu persatu kancing kemeja yang kekasihnya gunakan, menyentuh tubuh kekasihnya yang keras dan terbentuk sempurna.
Diyo sudah berhasil meloloskan celana yang Chandra gunakan, menarik turun celana dalam kekasihnya. Kejantanan Chandra langsung menampar kulit punggung tangan Diyo saking tegangnya benda itu, Diyo tersenyum tipis ditengah kecupan dan hisapan di leher Chandra.
Diyo juga tak lupa meninggalkan beberapa tanda kemerahan di leher jenjang kekasihnya. Ia menjilat tanda yang dibuatnya dan kembali menghisapnya untuk membuat tanda itu semakin merah, atau malah berwarna keunguan.
Tangannya mengelus batang penis Chandra, menggenggamnya perlahan, menurunkan tangannya dan naik kembali, memberikan pijatan lembut pada penis itu.
“Iyo— ahhh... Lebih cepat—”
Tubuh Chandra semakin panas, semakin bergetar dengan apa yang dilakukan Diyo saat ini.
Diyo memasukkan penis Chandra kedalam mulutnya, tapi tak jadi karena Chandra melarangnya.
“Jangan dimasukin yang, pake tangan aja.”
“Kenapa? Bukannya enak disepongin?”
“Takut kena behel kamu yang.” Ucap Chandra mengehentikan aktivitas yang sedang Diyo lakukan.
Chandra kembali membalik posisi mereka, mencium dengan ganas bibir Diyo yang sudah sedikit membengkak. Tangan Chandra kembali bermain-main dengan tubuhnya.
“Akh! Andra—”
Diyo meremas selimut disamping kepalanya saat merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya. Matanya menatap Chandra dengan sebelah tangan pemuda itu berada di antara belahan pantatnya. Entah sejak kapan satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya sudah tanggal begitu saja.
Lubang kecil Diyo dielus pelan dan dimasuki oleh jari-jari panjang Chandra, bergerak bebas di dalam tempat kecil, sementara si pemilik lubang hanya bisa pasrah, tubuhnya terlonjak menerima serangan pada lubangnya.
“Ahhh...shhhh....” Desis Diyo saat merasakan jari-jari Chandra bergerak maju mundur, menggesekkan kehangatan yang tak terbayangkan. Chandra menekannya lebih keras.
“Akh... Sakit... Andra.”
Chandra sudah tertutup oleh kabut nafsu, ia justru semakin menekan dan menggeseknya dengan lebih keras. Diyo mulai mendesah-desah tak terkendali dan tak lama orgasme kedua datang.
“Ahhhh... Andrahhh—” jerit Diyo tertahan dengan tubuh mengejang diikuti cairan sperma yang kembali keluar dari kejantanannya.
Chandra mengambil posisi baru lagi. Jari-jari telah menyelesaikan tugas dengan baik, ia menariknya dan sesaat memperhatikan tangannya yang berlendir putih.
Chandra menempatkan dirinya ke posisi yang lebih nyaman dan menyiapkan miliknya sendiri yang sudah tegang. Mengocoknya sebentar sebelum memasukkan miliknya ke dalam lubang Diyo secara perlahan, membiarkan Diyo merasakan dirinya sedikit demi sedikit.
Panas
Ketat
Lembut
Basah
“Nghh...” Chandra mendesah pelan ketika suhu panas yang berasal dari tubuh Diyo menjalar ke tubuhnya.
Diyo meraih apa pun yang bisa ia pegang dan ditarik kuat-kuat, untuk menahan sakit di lubang kecilnya. Penis Chandra terlalu besar untuknya, Diyo menjerit tertahan, sementara Chandra memasukinya semakin dalam dan akhirnya seluruh penis Chandra telah berada di dalam dirinya.
Chandra berdiam diri dalam keadaan itu, membiarkan Diyo merasakan dirinya sebelum ia melakukan tugasnya. Chandra menggerakkan tubuhnya, dengan pelan dan lembut, tapi Diyo masih belum bisa menikmati milik Chandra yang berada di dalam dirinya dan melirih kesakitan.
“Ahh...ahh... Chandra...Nghh,” rintih Diyo, berirama dengan gerakan pelan Chandra pada lubangnya. Diyo menutup kedua matanya dan menggigit bawah bibirnya untuk mencegahnya berteriak kesakitan. Seluruh tubuhnya tak bisa ia kendalikan lagi. Rasanya seperti Chandra sedang membelah dirinya menjadi dua, lelehan cairan bening mengaliri pipinya.
Chandra masih menggerakkannya dengan pelan dan Diyo sudah sedikit terbiasa dengan kehadiran miliknya. Diyo mendekap tubuh Chandra, memeluknya dan berharap rasa sakitnya akan berkurang. Chandra membalas pelukan Diyo dan bergerak lebih cepat.
Diyo menggelengkan kepalanya, berusaha melepas ciuman Chandra namun lelaki itu enggan menuruti keinginannya dan terus mencumbunya dengan rakus sampai-sampai bibirnya terasa sakit karena terus digigiti.
Rontaan Diyo baru berhenti saat satu hentakan di bawah sana membuat perutnya terasa melilit dan membuncah aneh, namun nikmat luar biasa.
“AHHH” Diyo memekik dan cumbuan Chandra terlepas.
Chandra tersenyum, ia menyingkirkan beberapa helaian rambut Diyo yang sudah basah oleh keringat.
“Di sana kan?” Ucapnya dengan satu hentakan lain yang ia arahkan pada titik terdalam di dalam tubuh Diyo.
Tubuh Diyo menggelinjang. Nikmat, dan juga sakit. Tapi setiap kali Chandra menyentuh satu titik di dalam lubangnya, rasa nikmat mendominasi seluruh tubuhnya. Membuat Diyo ingin merasakan nikmat itu lagi, dan tentu saja Chandra dengan senang hati mengabulkan keinginannya itu, tak henti-hentinya Chandra terus mengenai titik itu, Diyo tak bisa menahan dirinya lagi untuk mendesah keras.
“АН—hah! Andra—lebih—cepat!” Diyo tidak tahu lagi apa yang diucapkannya.
“Disana ndra, Andra sodok terus—ah... di sana—nikmat!” Diyo meracau, kenikmatan membutakan segalanya. Kerasionalannya tenggelam di dasar nafsu yang pekat. Yang jelas Diyo menikmati aktivitasnya sekarang.
“Iyo, mulut kamu nakal banget.” Chandra menundukan wajahnya, ia menggigit perpotongan leher dan bahu Diyo dengan kencang dan menghisapnya. Ia ingin memberikan lebih banyak tanda lagi ditubuh Diyo disaat pemuda itu tengah digagahinya.
“Dalam—lebih —cepat! Ahn—ahh! Penismu—di dalamku—”
“Ya, penisku menyodok lubangmu Iyo. Lihatlah. Sangat dalam! Luar biasa!”
Napas Chandra memburu, nafsunya begitu besar mengendalikan pikiran dan gerak tubuhnya yang semakin cepat memompa lubang Diyo.
Chandra mencium bibir bengkak Diyo lagi dan kali ini Diyo membalasnya dengan tak kalah ganas, bertarung dalam mulut Diyo dengan lidah yang saling bertautan.
Chandra menjauhkan tubuhnya dari tubuh Diyo, sejenak untuk menaikan kedua kaki pemuda itu kebahunya lalu menindih tubuh itu lagi. Melengkungkan tubuh Diyo hingga pinggulnya terangkat dari tempat tidur. Penis Chandra kembali menggempur lubang Diyo lagi. Keluar masuk dengan tempo cepat.
“Ahhh ahh sebentar lagi! Tidak Ahh... bisa—Andra!”
Satu kaki Diyo turun dari bahu Chandra, Chandra menegakan tubuhnya dengan tetap menahan satu kaki Diyo dibahunya. Chandra kembali menyodok lubang Diyo dengan tubuh pemuda itu sedikit miring dari posisi berbaringnya.
Diyo mendesah keras dan menggigit selimut di bawahnya.
“Ah—ah! Ah... mmmh!”
Chandra melempar kaki Diyo dan menarik pinggul pemuda itu hingga terangkat dengan posisi terlungkup. Memaksanya untuk bertumpu pada lututnya yang lemas dan kedua tangan yang tertekuk.
Paha berotot milik Chandra bergetar, ia juga akan selesai sebentar lagi saat merasakan desiran cairan yang mengaliri batang penisnya.
Kedua tangan Chandra menahan pinggul Diyo agar tetap menungging disaat sodokannya semakin cepat. Hingga satu sodokan terakhir dan Chandra terdiam merasakan semburan dari lubang kecil dikejantanannya.
Chandra menggeram, matanya menatap lurus pada wajah Diyo yang menatap ke samping dengan mata yang terbuka lebar. Penis Diyo mengejang dan menyemburkan cairannya membasahi selimut putih di bawah tubuhnya. Kakinya bergetar dengan hebat, benar-benar terasa seperti jelly dan akan ambruk begitu saja jika Chandra tidak menahan pinggulnya saat ini.
Napas Diyo memburu, tidak kuat lagi untuk sekedar menarik tubuhnya yang masih ditahan Chandra untuk tetap menungging saat ini.
Chandra menarik tubuh Diyo agar berbaring disampingnya, lalu membelainya sayang dan mencium keningnya cukup lama.
“Selamat malam, Diyo Argantara. Aku mencintaimu.”